SURABAYAONLINE.CO.CO, PALU- Rabu (28/8/2019), pagi kota Palu, Sulawesi Tengah, cuaca cerah. Saat menuju pantai Talise ingin melihat kondisi pantai yang pernah diporak-porandakan oleh sunami (tsunami), terlihat dua tenda berwarna biru berdiri. bagian atas tenda (atap), tertulis Kementerian Soasial RI. Lalu di depan tenda yang berdiri persis di jalan masuk pantai Talise yakni Jl. Komodo, juga ada sebuah bekas bungkusan barang yang terbuat dari kayu, tertulis korban sunami.
Ternyata di tenda itu, dihuni satu keluarga korban sunami, yakni pasangan suami istri, Toni dan Ira. Pasangan suami istri ini, bersama satu anaknya yakni Novita, menghuni tempat itu, sejak pasca sunami meluluhlantahkan pantai kebangaan masyarakat kota Palu.
“Kami pasrah hidup di sini, “tutur Ira (39), warga RW 01, kelurahan, Talise, kecamatan Mantikolore, Palu timur itu.
Toni dan Ira tak bisa berbuat banyak, kecuali tetap bertahan tinggal di bekas rumahnya. Mereka hanya mengandalkan dua tenda bantuan dari Kementerian Sosial RI. Kedua tenda ini, memiliki fungsi berbeda. Satu tenda berfungsi sebagai dapur dan satu lagi berfungsi sebagai kamar tidur. Sementara ruang tamu berada di luar (alam bebas). Juga hanya satu bangku panjang dan satu kursi kayu darurat.
Di wajah mereka tak memperlihatkan pesimisme. Ira, sang istri, tetap masih tersenyum manis. Begitu pula Toni, sang suami, terlihat semangat menata kolam ikan Lele. Bibit ikan Lele yang pemilihara merupakan bantuan dari dinas perikanan dan kelautan kota Palu. Kolamnya dibuat darurat disekitar tenda, tempat mereka tinggal.
Padahal, saat sunami terjadi di Palu, selain menyapu bersih rumah mereka, juga menyebabkan satu putri pasangan ini, yakni Zeli yang baru berusia 8 tahun meninggal dunia. Tak hanya itu, kedua orang tua mereka, juga menjadi korban meninggal dunia oleh sunami.
Ayah, Ira bernama Jamaluddin Ladupa (75), waktu masih hidup, menjabat sebagai Ketua RW 01, kelurahan Talise. Sementara ibunya, yang juga korban meninggal dunia bernama Nurmin Lahaki (65).
Warga RW 01, kelurahan Talise, kecamatan Mantikolore, Palu timur terdiri dari 98 Kepala Keluarga (KK). Dari jumlah itu, hanya 7 KK yang lolos dari keganasan sunami, sementara 91 KK disapu bersih oleh sunami, termasuk keluarga Ira.
Ira, salah satu keluarga korban bencana sunami yang terbilang memprihatinkan saat ini. Sebab, hingga kini, belum ada kejelasan mendapatkan hunian sementara (Huntap) yang disediakan pemerintah. Kini mereka hanya pasrah hidup dan tinggal di bekas rumah sendiri.
Mereka hanya memiliki 3 kasur busa, satu kompor gas 2 mata dan beberapa stok makanan dari bantuan pemerintah. Selama kejadian sunami keluarga ini, tahap pertama mendapat bantuan 5 kg beras, 2 kg gula dan 2 kg minyak goreng. Namun belakangan, Ira berurusan ke Dinas Sosial, kini kembali mendapakan bantuan 150 kg beras, tapi belum semuanya karena stok habis.
Selain itu, juga mendapat bantuan, minyak goreng, dan 2 buah tenda dari Kementerian Sosial RI. “Saya berharap bantuan selalu tepat waktu, “ujar Ira yang kini tinggal memiliki satu orang putri bernama Novita yang baru duduk kelas 2 di SD Negeri 2 Talise itu. HM