SURABAYAONLINE.CO-Laporan awal kecelakaan Ethiopia Airlines bulan lalu menyebutkan pesawat itu menukik tajam beberapa kali sebelum jatuh.
Pilot pesawat Ethiopian Air disebutkan telah “berulang kali” mengikuti prosedur yang disarankan oleh Boeing sebelum pesawat itu jatuh.
Meskipun demikian, mereka tetap “tidak bisa mengendalikan pesawat” Boeing 737 Max tersebut, demikian kata Menteri Transportasi Ethiopia, Dagmawit Moges.
Penerbangan bernomer ET302 itu jatuh enam menit setelah lepas landas dari ibukota Ethipia, Addis Ababa, menewaskan 157 orang yang berada di dalamnya.
“Awak pesawat sudah berulangkali menjalankan prosedur yang diberikan oleh pembuat pesawat ini, tetapi mereka tetap tidak bisa mengendalikan pesawat,” kata Moges dalam konperensi pers di Addis Ababa.
Boeing Akui MCAS Berperan
Raksasa penerbangan Amerika Serikat, Boeing untuk pertama kalinya mengakui peran sistem anti-stall pada Boeing 737 MAX 8 dalam dua tragedi jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines dan Lion Air.
Seperti dilansir CNN, Jumat (5/4/2019), CEO Boeing, Dennis Muilenburg, menyampaikan pengakuan ini pada Kamis (4/4) waktu setempat dalam pernyataan menanggapi laporan awal tragedi Ethiopian Airlines yang dirilis otoritas Ethiopia.
Dalam laporan itu, para penyidik Ethiopia mendapati bahwa sebuah sensor yang mengalami malfungsi dalam penerbangan Ethiopian Airlines bulan lalu, telah mengirimkan data yang tidak benar kepada sistem kontrol penerbangan pada pesawat jenis 737 MAX 8 itu.
Disebutkan dalam laporan awal tersebut bahwa pilot Ethiopian Airlines ET 302 berjuang melawan sistem yang terus-menerus, secara otomatis, memposisikan hidung pesawat ke bawah — disebut nosedive atau nose down — saat pesawat mengudara.
Sistem bekerja seperti itu karena merespons data yang salah dari sensor angle-of-attack, yang tampaknya menunjukkan pesawat bergerak terlalu ke atas dan berisiko mengalami posisi stalling. Angle-of-attack atau AOA merupakan sudut yang terbentuk antara chordline (garis lurus antara ujung luar dan bagian dalam sayap) sayap dengan arah udara yang melewati sayap pesawat.
Masalah yang muncul dari Ethiopian Airlines mirip dengan masalah yang juga muncul dalam penerbangan Lion Air JT 610 yang jatuh pada Oktober 2018 lalu. Kedua kecelakaan yang melibatkan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 itu menewaskan total 346 orang.
Pekan lalu, Boeing mengumumkan pihaknya akan memperbaiki sistem anti-stall, yang juga disebut sebagai Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS).
“Jelas terlihat bahwa dalam kedua penerbangan (Ethiopian Airlines dan Lion Air), Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, yang dikenal sebagai MCAS, aktif sebagai respons atas informasi angle-of-attack yang keliru,” sebut Muilenburg dalam pernyataan terbaru pada Kamis (4/4) waktu setempat.(*)