MENGAPA Kerajaan-kerajaan yang dibangun puluhan tahun ? Dan bahkan ratusan tahun pada akhirnya runtuh? Tanpa terkecuali, Kerajaan Majapahit yang pernah gemilang.
Namun ditutup dengan rentetan peristiwa berdarah. Sepeninggal Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit mulai meredup.
Sebelum menjadi semakin lemah akibat menguatnya kekuatan Islam Demak. Majapahit runtuh tahun 1478 akibat serangan kerajaan Islam Demak.
Demak merupakan salah satu daerah kekuasaan Majapahit. Para penguasanya, menurut Babad Tanah Jawa dan Serat Kanda, adalah keturunan Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V.
Raden Patah, pendiri Kerajaan Islam Demak, adalah anak Prabu Brawijaya, raja terakhir Majapahit.
Selain perebutan kekuasaan, FAKTOR AGAMA tak bisa dikesampingkan sebagai pendorong runtuhnya kerajaan besar itu.
Untuk mempertahankan kekuasaan, Raden Patah membentuk Dewan Wali Sanga (Songo, pen), yang terdiri Para Ahli Agama (Ulama).
Ketika mengembangkan ISLAM, Ulama-ulama Wali Songo mengakulturisasi budaya dan tradisi di Nusantara.
Maklum, zaman itu Agama Hindu dan Budha sudah melekat ribuan tahun di hati masyarakat Nusantara (Indonesia).
Jangankan mengajak SHOLAT LIMA WAKTU, mengenalkan bahwa Tiada Tuhan Selain ALLAH SWT, tidaklah mudah.
Apalagi mengajak SHOLAT JUM’AT, memerlukan perjuangan dakwah yang penuh kesabaran dan ketelatenan.
Dalam berdakwah Wali Songo mengedepankan METODOLOGI NGALAH !
Jauh sebelumnya, saat terjadi perselisihan masyarakat Jawa hanya memiliki dua keyakinan Pedoman Hidup.
Ketika mereka sedang berselisih atau berebut sesuatu, maka pilihannya hanya dua :
“MENANG ATAU MATI !” Inilah yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Majapahit ketika terjadi perebutan kekuasaan.
Tidak lain lantaran mereka hanya berpegang pada dua keyakinan tersebut. Masyarakat kala itu tidak mengenal istilah SABAR.
Yang dalam kosa kata bahasa Arab adalah Shobaro. Kemudian membentuk Infinitif (Masdar) menjadi SHABRAN.
Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.”
“Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini.”
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(Al-Qur’an Surah Al Kahfi Ayat 28)
Maka untuk memudahkan pemahaman kepada masyarakat, Wali Songo menengenalkan istiilah SABAR menjadi NGALAH !
Kalimat ‘NGALAH’ di ambil dari suku kata Jawa LAH yang artinya Gusti ALLAH SWT dan NGA, yang artinya MENUJU.
Jadi NGALAH diterjemahkan secara sederhana MENUJU GUSTI ALLAH SWT. Seperti misalkan kata NGALAS, artinya menuju ALAS atau HUTAN.
Dan NGAWANG, artinya menuju AWANG-AWANG atau terbang, dan seterusnya. Ini sebuah terobosan yang diciptakan oleh Walisongo dalam DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA.
Tujuannya, Wali Songo ingin menularkan prinsip hidup yang lebih baik di kalangan masyarakat Jawa.
NGALAH bukan berarti KALAH.
Namun NGALAH untuk menuju hidup yang lebih baik, tenteram dan damai. “Ngalahake Tanpa Ngasorake. Menang Tanpa Bala.”
(Mengalahkan tanpa merendahkan. Dan menang tanpa melibatkan orang lain). Saudaraku yang kami cintai, marilah NGALAH kita jadikan sebagai PRINSIP HIDUP.
Persoalan tentang SHOLAT JUM’AT MASJID KAUMAN atau DO’A MBAH KYAI MAIMOEN, tak perlu diperdebatkan lagi.
Mari kita sama-sama SALING NGALAH.
Semoga ALLAH SWT merahmati kita semua, khususnya BANGSA INDONESIA. Aamiinn Yaa Robbal’alamiinn. (kangmas bahar)