SURABAYAONLINE.CO – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ketapang yang berkapasitas 2×10 MW terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung transisi energi berkelanjutan di Indonesia. Sejak beroperasi pada 2016 menggantikan PLTD Sukaharja, PLTU ini berhasil menekan Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik sekaligus meningkatkan keandalan sistem kelistrikan di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara.
Sebagai bagian dari program green booster PLN, PLTU Ketapang kini aktif mengimplementasikan teknologi cofiring dengan memanfaatkan biomassa lokal, seperti cangkang sawit dan woodchip. Inisiatif ini tidak hanya menjadi solusi pengurangan emisi karbon, tetapi juga wujud nyata pemanfaatan limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif.
“Penggunaan cangkang sawit sebagai bahan bakar cofiring membuktikan bahwa transisi energi bersih dapat selaras dengan potensi lokal dan pemberdayaan masyarakat,” ujar perwakilan PLN setempat. Biomassa tersebut diambil dari limbah industri sawit sekitar, menciptakan ekosistem ekonomi sirkular yang melibatkan masyarakat dalam rantai pasok energi terbarukan.
Hingga 2024, PLTU Ketapang telah mempertahankan rasio cofiring secara konsisten, menunjukkan keberhasilan dalam mengintegrasikan sumber energi baru dan terbarukan (EBT) ke dalam sistem pembangkitan berbasis batubara. Keberhasilan ini menjadi model transisi energi di daerah lain, khususnya wilayah dengan potensi biomassa melimpah.
PLTU Ketapang membuktikan bahwa keberlanjutan dan efisiensi energi bisa berjalan berdampingan, dengan inovasi lokal yang memperkuat ketahanan energi sekaligus membawa manfaat nyata bagi lingkungan dan perekonomian masyarakat sekitar.


