SURABAYAONLINE.CO – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan) Provinsi Jawa Timur terus memperkuat komitmen dalam pengurangan food waste melalui Percepatan Aksi Gerakan Selamatkan Pangan yang meliputi Sosialisasi Stop Boros Pangan dan Aksi Pemanfaatan Pengolahan Sisa Pangan, pada Senin (17/11/2025). Program ini menjadi langkah nyata Jawa Timur dalam mendukung ketahanan pangan nasional dengan melibatkan multipihak melalui pendekatan pentahelix.
Kepala Dispertan Provinsi Jawa Timur, Heru Suseno, saat membuka kegiatan menegaskan bahwa Gerakan Selamatkan Pangan adalah upaya strategis untuk membangun kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan pangan secara bijak dan bertanggung jawab.
“Gerakan Selamatkan Pangan hadir untuk menata kembali pemanfaatan pangan agar lebih bijaksana, efisien, dan bertanggung jawab. Gerakan besar seperti ini tidak bisa dijalankan oleh satu pihak saja. Peran pentahelix -Academic, Business, Community, Government, dan Media (ABCGM) menjadi sangat penting dalam membangun kolaborasi dan sinergi multipihak,” ujarnya.
Direktur Kewaspadaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Nita Yulianis, menekankan pentingnya partisipasi seluruh elemen dalam mengurangi pemborosan pangan.
“Penyelamatan pangan membutuhkan agen perubahan yang aktif. Pemerintah daerah, bank pangan, dan mitra swasta harus terlibat dalam pelaporan data melalui platform Stop Boros Pangan serta gencar melakukan kampanye melalui berbagai media,” jelasnya.
Ia juga menekankan perlunya sinergi berkelanjutan dengan skema pentahelix untuk memastikan gerakan ini berdampak luas.
Pendiri sekaligus CEO Garda Pangan, Dedhy Trunoyudho, memberikan panduan praktik lapangan dalam menerapkan gerakan penyelamatan pangan di berbagai daerah.
Ia menjelaskan pentingnya menggandeng komunitas lokal, memetakan potensi makanan berlebih serta sampah makanan, hingga menyiapkan alur produksi, pengambilan, dan distribusi makanan.
Menurutnya, fasilitas seperti TPS3R, rumah kompos, dan rumah maggot dapat dimanfaatkan sebagai pendukung pengolahan sisa makanan. Selain itu, dukungan kebijakan berupa armada logistik, anggaran, surat edaran dinas atau kepala daerah, serta manajemen organisasi yang rapi sangat dibutuhkan.
Dari aspek edukasi rumah tangga, tim Dirktorat Kewaspadaan Pangan Bapanas, Meike Isnawati, memaparkan tips sederhana untuk mencegah pemborosan pangan, seperti mengambil makanan secukupnya, menghabiskan porsi yang diambil, mengatur penyimpanan makanan, mengecek tanggal kedaluwarsa, hingga mendaur ulang bahan makanan menjadi sajian baru.
“Kebiasaan-kebiasaan kecil seperti ini dapat mengurangi sisa makanan yang berakhir menjadi sampah,” tuturnya.
Narasumber dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Diana Puspitasari, menambahkan bahwa edukasi diri sendiri adalah langkah pertama yang paling penting.
“Konsumsi sesuai kebutuhan dan ajak orang lain untuk berperilaku bijak dalam mengelola pangan. Semangat berbagi juga menjadi kunci Gerakan Selamatkan Pangan,” jelasnya.
Salah satu bagian yang paling menarik dalam kegiatan ini adalah demo pengolahan sisa makanan menjadi sajian bernilai ekonomis. Dua pegiat kuliner dari Bojonegoro, Sri Hidayati pemilik usaha kerupuk catuba dan abon tulang ikan, serta Yeni Ayu Wulandari, menampilkan inovasi kuliner bertema “Sisa jadi Rasa”.
Dalam demo tersebut mereka menunjukkan cara mengolah Cangkang telur menjadi kerupuk, Tulang ikan menjadi abon, dan Kulit pisang menjadi kecap manis atau galantin.
“Salah satu cara mencegah sisa makanan menjadi sampah adalah memanfaatkannya kembali menjadi hidangan baru yang bergizi,” kata Yeni.
Kreasi ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki potensi ekonomi bagi rumah tangga dan pelaku UMKM.
Kegiatan ini diikuti oleh 145 peserta dari berbagai lembaga, termasuk Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Surabaya, TP PKK Provinsi Jawa Timur, Pokja III TP PKK Kabupaten/Kota se-Jatim, Dharma Wanita Persatuan Provinsi Jatim, Dharma Wanita Persatuan Dispertan Jatim, serta berbagai asosiasi seperti HIPPINDO, APRINDO, APJI, dan PHRI.
Antusiasme peserta menunjukkan tingginya perhatian masyarakat dan organisasi terhadap isu pemborosan pangan.
Melalui kegiatan ini, Dispertan Jatim mempertegas komitmennya dalam mengurangi food waste dan memperkuat ketahanan pangan di tingkat daerah. Melibatkan akademisi, dunia usaha, komunitas, pemerintah, dan media, gerakan ini diharapkan menjadi langkah kolektif untuk menciptakan budaya pangan yang lebih bijak, hemat, dan ramah lingkungan.


