SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Saat ini jumlah pendonor darah sukarela di Jatim baru mencapai 2–3 persen dari total penduduk potensial. Padahal, standar ideal minimalnya mencapai 4 persen. Sebanyak 604 warga Jawa Timur yang telah melakukan donor darah sukarela 75 kali. Mereka menerima penghargaan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (14/10).
Ketua PMI Jatim Imam Utomo menjelaskan bahwa pihaknya tengah berupaya memperluas basis donor darah dengan menyasar kalangan pelajar. “Anak-anak SMA sudah bisa mulai donor darah. Bahkan siswa SMP kelas 3 yang sudah memenuhi syarat juga bisa. Ini menjadi potensi besar,” katanya.
Imam menegaskan, kebutuhan pasokan darah di Jatim masih jauh lebih besar dibandingkan stok yang tersedia saat ini. “Sekarang kita hanya punya sekitar 130 ribu pendonor sukarela. Padahal dibutuhkan sekitar 250 ribu agar kebutuhan 700 ribu kantong darah per tahun bisa terpenuhi. Apalagi ke depan kebutuhan darah terus meningkat,” ungkapnya.
Senada, Dewan Kehormatan PMI Jatim Emil Elestianto Dardak menilai PMR merupakan jalur strategis dalam kaderisasi relawan PMI secara berkelanjutan. “Begitu mereka lulus, mereka akan terus menjadi kader-kader PMI. Peran PMI juga luas, tak hanya donor darah, tetapi juga kesiapsiagaan bencana,” tegas Emil.
Sebagai contoh, Emil menyinggung keterlibatan relawan PMI dalam evakuasi bencana di Sidoarjo baru-baru ini sebagai wujud nyata peran kemanusiaan yang lebih luas.
Penghargaan diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kepada sepuluh pendonor sebagai perwakilan secara simbolis.
Dalam sambutannya, Khofifah menyampaikan apresiasi dan harapannya agar semangat kemanusiaan para pendonor dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas. “Saya berharap kegiatan ini bisa menginspirasi masyarakat luas untuk turut serta dalam gerakan kemanusiaan ini. Mari kita jadikan semangat Setetes Darah, Sejuta Harapan,” ujar Khofifah.
Ke depan Pemprov Jatim akan mendorong pelajar SMA-SMK dan Madrasah Aliyah untuk aktif mendonorkan darah melalui Palang Merah Remaja (PMR). Langkah ini dinilai penting untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan dan kesetiakawanan sosial sejak dini.(*)