SURABAYAONLINE.CO – Pengembangan SDM unggul oleh Sampoerna menjadi langkah nyata dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Tak hanya fokus pada karyawan, PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) juga menjangkau masyarakat luas, termasuk para pelaku UMKM, melalui program-program strategis yang menyentuh akar ekonomi daerah.
Komitmen ini selaras dengan filosofi perusahaan yang dikenal dengan Falsafah Tiga Tangan, yakni menciptakan nilai tambah bagi konsumen dewasa, karyawan dan mitra usaha, serta masyarakat luas. Hal tersebut dibuktikan melalui sejumlah penghargaan, termasuk Puspa Adi Daya yang diterima Direktur Sampoerna, Elvira Lianita.
“Sebagai pemimpin perempuan di Sampoerna, saya bangga berada di lingkungan kerja yang menjunjung meritokrasi dan memberikan peluang yang setara,” ujar Elvira, Kamis (8/5/2025).
Sampoerna terus berinovasi bersama Philip Morris International (PMI), perusahaan induknya, untuk menghadirkan produk tembakau bebas asap seperti IQOS, yang mengurangi paparan zat kimia berbahaya hingga 95 persen dibanding rokok konvensional. Sejak akuisisi PMI pada 2005, total investasi mereka di Indonesia mencapai USD6,4 miliar, termasuk pembangunan fasilitas senilai USD330 juta di Karawang, Jawa Barat.
Namun, kontribusi terbesar perusahaan terletak pada investasi di sektor manusia. Saat ini, Sampoerna mempekerjakan lebih dari 90 ribu karyawan, mayoritas perempuan. Berbagai pelatihan dan program pengembangan seperti HOPE (Holistic Employment for Employability) dirancang untuk menyiapkan masa depan karyawan yang berdaya dan mandiri, bahkan setelah purna tugas.
“Kami percaya bahwa pengembangan SDM unggul adalah investasi jangka panjang yang menguntungkan seluruh ekosistem sosial dan ekonomi,” lanjut Elvira.
Di luar lingkungan internal, Sampoerna melalui payung keberlanjutan Sampoerna untuk Indonesia (SUI), membina masyarakat melalui dua program andalan: Sampoerna Retail Community (SRC) dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC).
Program SRC kini menaungi lebih dari 250.000 toko kelontong di seluruh Indonesia, dengan kontribusi omzet mencapai Rp236 triliun per tahun—setara 11,4 persen PDB Retail Nasional tahun 2022. Menariknya, sebagian besar toko SRC dijalankan oleh perempuan dan turut menciptakan lapangan kerja lokal.
Sementara itu, SETC telah melatih lebih dari 97.000 wirausaha sejak 2007. Program ini menawarkan pelatihan hard skill dan soft skill di bidang pertanian, peternakan, kuliner, hingga pemasaran digital. Melalui business matching, beberapa alumni SETC bahkan berhasil menembus pasar ekspor.
“Efek berganda dari pengembangan SDM unggul ini luar biasa. Kami percaya bisnis harus membawa dampak sosial yang nyata dan memberdayakan,” tegas Elvira.