SURABAYAONLINE.CO, Madiun – Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Taufiq Bahaudin, menegaskan PKI Gaya Baru (KGB) melalui Jokowi (Presiden) telah melakukan kudeta. Coup itu secara konstitusional, berupa terbitnya Keppres Nomor 28 Tahun 2024, yang salah satu penegasannya menjelaskan bahwa PKI adalah korban (bukan pelaku) peristiwa G30S/PKI Tahun 1965.
Lebih lanjut Taufiq Bahaudin yang juga bagian dari UI Watch itu menjelaskan, tindak lanjut dalam Keppres tersebut menyatakan, bahwa (karena PKI adalah korban) pemerintah akan memberikan santunan kepada anak keturunan PKI.
Sasaran Jokowi – salah satunya – dalam kudeta konstitusional itu menurut Taufiq Bahaudin, menjadikan rakyat – khususnya generasi muda – akan melupakan arti pentingnya Monumen Lubang Buaya sebagai saksi biadabnya PKI.
“Keppres itu memutar balikkan fakta, akibat dari kudeta konstitusional. Mereka sudah menyusup ke institusi Polri dan institusi hukum, lalu mengendalikannya. Itu sesuai riset yang saya lakukan, yang membuat LBP ngamuk-ngamuk,” cetus Taufiq Bahaudin, dalam video yang dikirim aktivis UI Watch, Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes., kepada jurnalis Jumat (4/10/2024).
Dalam video itu sejumlah tokoh yang tergabung dalam UI Watch tengah mengunjungi Monumen Pengkhianatan PKI di Jakarta pada Kamis (3/10/2024). Tokoh yang turut dalam rombongan, selain Prof. Taufiq Bahaudin dan Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes., terdapat mantan KSAL, Laksamana TNI (Purn) Slamet Subianto, mantan Menteri Pertambangan, Darwin Sahedy Saleh dan Asrul Harun, SH, Pengajar Fakultas Hukum UI.
“Kami bersama-sama mengunjungi Monumen Pancasila Sakti, termasuk Museum Penghianatan PKI dan Lubang Buaya pada Kamis kemarin. Karena selain memperingati Kesaktian Pancasila, juga HUT TNI 5 Oktober,” sela Roy Suryo.
Riset yang dilakukan Prof. Taufiq Bahaudin tentang kudeta konstitusional yang dilakukan Jokowi, serupa dengan yang dilakukan PKI di masa lampau, tepatnya 16 Oktober 1945.
Menurut sejarawan Prof. Ahmaf Mansyur Suryanegara, PKI telah berulang-ulang melakukan penghianatan terhadap bangsa dan negara Indonesia. Dalam literasi, menurut Ahmad Mansyur Suryanegara, PKI memberontak bukan hanya pada 1948 dan 1965, melainkan sedikitnya tercatat sebanyak 5 kali.
Kudeta tanpa darah (konstitusional) menurut Ahmad Mansyur Suryanegara, dilakukan kelompok sosialis Soetan Sjahrir pada 16 Oktober 1946. Kudeta itu berhasil membatalkan seluruh keputusan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), yang telah ditetapkan 22 Agustus 1945.
Sementara Laksamana TNI (Purn) Slamet Subianto dalam kesempatan itu mengingatkan adik-adiknya di TNI, agar segera kembali ke Sapta Marga sebelum segala sesuatunya terlambat.
“Negaramu dalam keadaan kritis. Sudah compang camping karena tidak lagi berjalan dengan nilai-nilai kebenaran. Segera kembali ke Sapta Marga sebelum terlambat,” pesan Slamet Subianto kepada TNI aktif.
Menutup acara, Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes., mengajak semua lapisan masyarakat agar tidak ragu- ragu, harus berani dan tegas. Benar katakan benar, salah katakan salah.
“Berada pada posisi benar, Allah SWT akan membela kita. Dan kita semua ini adalah ‘Korban Mulyono’,” teriak Roy Suryo sembari memperlihatkan tshirtnya bergambar ‘Korban Mulyono’. (fin)