Mantan Gubernur Jawa Timut Khofifah Indar Parawansa menyampaikan pesan khusus kepada lingkungan sekolah agar terus menjaga kedamaian dan kerukunan, melakukan pencegahan dan pemberantasan bulliying.
Hal itu ia sampaikan saat menghadiri halal bihalal bersama 1.300 kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan cabang Dinas Pendidikan Bakorwil 5 Jember di SMKN 2 Kota Probolinggo (9/5/2024).
Secara khusus Ketua Umum PP Muslimat NU itu meminta guru untuk aktif menyampaikan pesan damai dan menjaga kerukunan pada murid-murid di sekolah masing-masing.
Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 ini juga meminta kepada mereka agar menanamkan sifat dan karakter lembut hati kepada sesama. Ia menilai hal ini sangat penting untuk menciptakan generasi bangsa yang cinta damai dan anti permusuhan maupun perpecahan.
“Tolong terus sampaikan pesan damai pada murid. Selalu sampaikan pesan jangan suka berkelahi dan jangan suka bertengkar. Tolong pesan ini disampaikan dari kelas ke kelas, agar mereka siswa siswi Jatim menjadi anak yang cinta damai dan anti permusuhan,” tutur Khofifah dalam rilis yang diterima Surabayaonline.co.
Lebih lanjut dia mengatakan, anak-anak tidak mudah serta merta patuh pada nasihat guru kecuali setiap harinya diberikan referensi dan teladan dari guru, wali kelas maupun kepala sekolahnya.
Oleh sebab itu, Khofifah meminta agar kalangan guru di sekolah harus terus menciptakan dan menjaga suasana yang harmoni. Kalau suasana sekolah terbangun harmoni, maka para murid juga akan lebih mudah melakukan hal yang sama.
“Karena yang coba ingin kita bangun adalah pertemuan pikiran membangun suasana hidup yang aman dan damai. Bagaimana di sekolah damai, Probolinggo damai, Jember damai, Banyuwangi damai Jawa Timur damai, Indonesia damai dan dunia damai,” tegasnya.
Mantan Menteri Sosial (Mensos) itu menukil Alquran surat At-Tin dan Quraisy. Dua surat itu sama-sama menjadi referensi pentingnya suasana aman, menjauhkan suasana yang menimbulkan rasa takut.
Menurut Khofifah suasana sekolah yang aman, yang siswanya merasa tentram dan tidak dalam suasana ketakutan sangat penting dalam menjaga kondusivitas suasana belajar. Maka tidak boleh ada ketakutan dan rasa terancam pada setiap siswa saat berada di sekolah.
“Apalagi yang dihadapi ibu bapak guru adalah siswa yang harus belajar di sekolah. Yang saat ini menerapkan kurikulum merdeka belajar. Maka kemerdekaan siswa dalam mengekspresikan energi positif, kemerdekaan menyampaikan pikiran extraordinary pada guru harus tercpta tanpa ada rasa takut yang membatasi,” tegas Khofifah.
Menciptakan suasana aman dan jauh dari rasa takut juga seiring dalam upaya memberantas bullying dan persekusi di kalangan siswa.
Ditegaskan Khofifah, potensi adanya bullying dan persekusi harus dilakukan mitigasi. Ketika ada siswa yang mengalami persekusi maka ia bisa merasakan rasa takut dan trauma yang menyebabkan ia tidak nyaman dalam belajar.
“Bullying dan persekusi siswa tidak boleh dianggap engteng (ringan). Persekusi akan mempengaruhi pola pikir anak dan menyebabkan trauma yang akan dibawa anak sampak dewasa,” tandasnya.
Setiap sekolah pun diingatkan kembali untuk mengaktifkan satgasnya masing-masing untuk memitigasi adanya tindakan yang berpotensi bullying dan persekusi. Untuk kemudian dicegah dilakukan guna menghindari dampak negatif yang pasti akan datang akibat bullying maupun persekusi.
“Mari ciptakan suasana sekolah yang aman, damai dan nyaman untuk kegiatan belajar dan mengajak di semua jenjang pendidikan di Jawa Timur,” pungkas Khofifah.
Hadir dalam forum ini 500 guru dan tenaga kependidikan dari Cabdin Probolinggo, 250 orang guru dan tenaga kependidikan dari Cabdin Jember-Lumajang, 250 orang guru dan tenaga kependidikan dari Cabdin Situbondo-Bondowoso, serta 200 orang guru dan tenaga kependidikan dari Cabdin Banyuwangi.