SURABAYAONLINE.CO – Bestie… kalian udah pernah dengar tentang Self Injury? Kalau belum pernah dengar mungkin karena informasi dan penelitian tentang perilaku gangguan mental ini masih minim sih di Indonesia, karena perilaku self injury ini sulit untuk dilihat begitu saja dan individu yang melakukan perilakunya juga cenderung menyembunyikan luka fisiknya dan melakukannya secara sembunyi-sembunyi.
Tapi nggak cuman melukai fisik saja nih, ada juga yang melakukan perilaku self injury dengan meminum alkohol atau obat obatan secara berlebihan dan dengan sengaja melakukan hubungan seks dengan cara yang nggak aman yang bertujuan untuk meluapkan emosi negatif, alias self injury.
Perilaku self injury ini memberikan kepuasan tersendiri bagi individu yang melakukannya dan membuat individu tersebut lebih merasa lega. Dan juga rasa sakit yang ditimbulkan dari self injury ini dapat menggantikan rasa sakit yang dirasakan secara emosional, yang mana rasa sakit tersebut tidak dapat dijelaskan oleh dirinya. Sehingga lebih memilih untuk menyakiti fisiknya.
Nahh jadi bisa disimpulkan ya, penyebab orang melakukan self injury ini adalah karena ia merasa bahwa dengan melukai dirinya sendiri itu dapat melepaskan rasa emosi negatifnya, seperti perasaan cemas, depresi, marah, perasaan bersalah atau sedih yang dipendamnya. Karena ketidaktahuan diri mengenai bagaimana cara mengatasi rasa emosi negatifnya, kurangnya pemahaman tentang emosi yang dia rasakan, kesulitan mengekspresikan emosi membuat individu tersebut akhirnya melakukan self injury dan menjadikannya sebagai jalan keluar.
Kalau menurut Cornell University’s Self-Injury and Recovery Research and Resources (SIRRR) menjelaskan bahwa penyebab individu melakukan Self Injury ini karena sebagai mekanisme coping diri, jadi self injury ini dilakukan sebagai cara seseorang merasakan sesuatu saat mengalami mati rasa atau kehampaan dan mengalihkan perhatiannya dari depresi atau kecemasan.
Beberapa individu melakukan self injury itu untuk membuat luka yang melambangkan rasa sakit emosional mereka, sementara individu yang lain melakukan self injury sebagai cara untuk menghindar untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang-orang terdekatnya.
Truss Gimana Ya Cara Mengatasinya?
Mencari bantuan
Buat bestie yang sedang berjuang untuk mengatasi permasalahan ini, yuk mulai bicarakan perasaan dan kondisi yang sedang dialami kepada orang-orang terdekat dan terpercaya. Dengan membicarakan perasaan kamu secara langsung ,dapat membantu kamu mengurangi dorongan untuk self injury dan bisa membantu orang terdekatmu memahami emosi kamu.
Dan untuk teman-teman yang mungkin orang terdekatnya melakukan perilaku self injury, ditanggapi dengan penuh kasih sayang dan jangan dijudge ya. Kalian harus menyadari bahwa perilaku yang mereka lakukan tersebut adalah upaya untuk mengatasi perasaan yang menyakitkan dan dorong mereka menemukan jalan keluar untuk perasaan negatifnya.
Mengenali kondisi diri
Mengenali situasi apa yang memicu kamu untuk melakukan self injury dan kondisi seperti apa yang mendorong kamu melakukannya. Biasanya ada barang tertentu dan waktu tertentu yang buat kamu melakukannya. Jadi kamu harus jauhin barang-barang dan hindari kondisi tertentu yang buat kamu ketrigger!!
Misalnya, jauhin gunting, pisau, cutter dari tempat-tempat yang mudah kamu jangkau dan kalau ada situasi yang buat kamu ingin melakukan self injury segera menghindar dan alihkan pikiran kamu itu.
Ekspresikan emosi negatif yang dirasakan
Kalau kamu lagi merasa sedih, luapkan saja semua emosi. Kamu boleh nangis, boleh teriak, dan boleh melampiaskan perasaan kamu. Tapi jangan sampai ngelukain diri sendiri dan orang lain, ingat jangan pendam perasaan kamu.
Dan lebih bagus lagi kalau kamu bisa mengidentifikasikan dan menuliskan perasaan negatif apa yang lagi kamu rasain, dengan begitu kamu bisa menyimpulkan perasaan apa yang sedang kamu rasakan.
Temukan perilaku pengganti
Kamu harus mulai mengganti perilaku negatif kamu dengan hal yang tidak berbahaya, kamu harus sibukin tangan kamu supaya bisa teralihkan dari dorongan self injury.. Pokoknya kamu ngga boleh ngebiarin tangan kamu free sampai dorongan untuk melakukan mulai mereda. Kamu bisa mengalihkannya dengan bermain slime, menulis, bermain gitar, mencuci piring, makan, menggenggam es batu, meremas bola karet.
(Windi)