SURABAYAONLINE.CO – Pandemi yang berkepanjangan berdampak sangat besar dalam kehidupan masyarakat dunia. Di AS misalnya, ada satu fenomena yang memiliki sisi negatif dan positif jika ditelaah lebih dalam.
Fenomena ini adalah bertambahnya jumlah dollar-store (toko yang menjual kebutuhan seharga satu dollar-an saja) yang akan di bangun di US pada tahun ini. Tercatat ada sekitar 1650 dollar store yang akan dibuka tahun ini di AS sana. Fenomena ini membuat sebagian kota di Amerika ingin membatasi pertumbuhannya agar toko retail lain dan pasar tradisional tetap mendapatkan pendapatan.
Dilansir dari Coresight Research, 1650 toko baru itu kebanyakan dimiliki oleh dua raksasa dollar-store yakni Dollar General dan Dollar Tree. Jumlah ini hampir separuh dari jumlah toko ritail yang akan dibuka di US tahun ini.
Menurut Placer.ai, situs yang melakukan riset terhadap traffic terhadap pola perbelanjaan masyarakat AS, mereka menemukan kenaikan sebesar 32% di mana masyarakat lebih banyak berbelanja di dollar-store daripada Walmart maupun pasar tradisional. Walmart hanya mencatat kenaikan traffic sebesar 3% saja.
Para analis ini menyampaikan bahwa pandemi ini terbukti sangat berpengaruh dalam pembentukan ekonomi AS, mungkin hingga ke masa mendatang jika pandemi tidak segera mereda. Namun mereka juga menyatakan bahwa fenomena ini semakin membuat jarak antara si kaya dan si miskin di AS.
Contohnya adalah Kyle Dishman, seorang warga Amerika yang rela membeli makanan dari dollar store karena hanya memiliki sejumlah kecil uang yang bisa dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar yakni makan. Dishman rela membeli barang-barang di Dollar General yang dia akui tidak memiliki kualitas terbaik namun apadaya dia bisa membelanjakan sebanyak $40 untuk kebutuhan seminggu. Sesuatu yang tidak bisa anda lakukan jika berbelanja di Walmart ataupun Whole Foods.
Di sisi positif, kenaikan ini akan membuka banyak lapangan kerja baru yang mampu menyerap tenaga-tenaga yang terdampak Covid-19. Selain itu, dollar-store terbukti membantu masyarakat kecil di AS untuk bertahan hidup, meski makanan yang dikonsumsi sebenarnya kurang baik bagi tubuh dalam jangka panjang.
Artikel ditulis, diterjemahkan dan ditata ulang mengutip dari artikel milik The Washington Post.
Editor : Fahmi Alfian