Surabayaonline.co | Ambon – Banyak cara dalam belajar Melihat dari Mata Hati dalam sebuah karya fotografi. Fotografer kenamaan Indonesia, Deniek G Sukarya punya pengalaman menarik dalam mengabadikan berbagai fenomena alam.
Bagi orang awam mungkin hanya tercengang saja ketika menyaksikan sebuah peristiwa atau fenomena alam yang menakjubkan. Namun bagi seorang fotografer, pasti akan berbeda. Dia tahu apa yang harus dilakukan ketika menyaksikan hal itu.
Seperti yang dialami Deniek G Sukarya ini, mengungkapkan pengalamannya ketika menyaksikan keajaiban alam yang menakjubkan. Sering kali kita lupa bagaimana cara merekamnya menjadi karya fotografi yang menarik.
Menurut Deniek, kunci sukses merekam foto yang mampu menangkap kebesarannya adalah dengan mendengarkan bisikan hati. Selain itu merasakan gejolak emosi yang muncul untuk membuat interpretasi visual.
“Iterpretasi itu tentu saja yang sesuai dengan apa yang kita dilihat dan kita rasakan dari keajaiban alam ini,” tutur Deniek Sukarya.
Kemudian Diniek menciptakan banyak variasi komposisi dari panorama ini dalam beberapa foto yang dia pilih.
“Tapi dalam foto serial ini saya memilih 3 foto untuk menunjukkan bagaimana saya merekam keindahan alam ini sesuai dengan apa yang saya kagumi dan rasakan ketika tiba di Pantai Pintu Kota, Ambon, Maluku Selatan,” jelas Deniek.
Ketika dalam sebuah perjalanan di Ambon Deniek langsung turun dari mobil untuk mengabadikan fenomena alam yang dramatis.
“Saya disambut hamparan bongkahan bebatuan besar yang memenuhi hampir seluruh pantai di sini. Sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan di pagi yang sejuk ini,” ujar Deniek.
Matapun terus bergerak, Deniek melihat di kejauhan, cahaya mentari berbinar dari sebuah lubang besar di kaki bukit batu di pinggir pantai yang menjadikan panorama ini tampil dramatis.
Ketika mata menyaksikan peristiwa itu, lantas apa yang haru dilakukan?
Deniek kemudian menjelaskan beberapa langkah yang harus dilakukan ketika melihat sebuah peristiwa seperti itu, berikut penjelasannya:
Pertama: Merekam keseluruhan panorama dengan lensa sudut lebar dengan memanfaatkan bongkahan batu besar sebagai latar depan dan cahaya mentari di lubang bukit sebagai fokus utama, serti dalam foto pertama.
Kedua: Merekam dengan cara lebih mendekat, dengan berganti ke lensa tele sedang. Hal ini untuk memberikan detil pada lubang batu dengan masih menunjukkan suasana sekitarnya, seperti dalam foto ke dua.
Ketiga: Dari lubang batu itu terlihat ada banyak perahu nelayan yang melintas. Manfaatkan perahu nelayan yang melintas itu, untuk memberikan skala dan ruh kehidupan pada pemandangan alam yang spektakuler ini, seperti pada foto ketiga.
Untuk mengabadikan momen ini, Deniek G Sukarya menggunakan kamera Hasselblad 503 CX1, lensa sudut lebar Distagon CF 40mm/4, macro Planar CF 120mm/4 dan Tele Sonnar CF 250mm/5.6.
Dengan menggunakan negative film Fujichrom Velvia dan Provia, 1/30, f.16 untuk lensa sudut lebar, dan 1/125, f.8 untuk lensa tele. (*/dd)