SURABAYAONLINE.CO, Sumenep– Barul hari pertama masuk kerja Bupati dan Wakil Bupati Sumenep Ach Fauzi, didatengi sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Sumenep (AMS)
Kedatangan perwakilan mahasiswa dari berbagai kampus bergengsi di Kabupaten Sumenep ini untuk meminta komitmen Ach Fauzi, sebagai Bupati baru untuk menolak dan membatalkan rencana pertambangan fosfat
“Kami Aliansi Mahasiswa Sumenep (AMS), menuntut kepada pemerintah Kabupaten Sumenep untuk menolak tambang fosfat,” Kata Kordinator lapangan Abdul Basit saat audinsi dengan Bupati Sumenep. Senin 01/03/2021
Menurut Basit, sikap dan respon atau tindakan pemerintahan yang baru nantinya dapat dinilai apakah berpihak kepada publik atau tidak. Karena kata dia, dalam beberapa dekade belakangan suara penolakan rakyat terhadap pertambangan fosfat meningkat
“Suatu keharusan pemerintah untuk melindungi alam, serta memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa melakukan pengrusakan alam,” jelasnya
Dari hasil kajian mahasiswa, rencana pemerintah menambahkan lahan peruntukan pertamabangan dalam review Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW 2013-2030, akan mengakibatkan penyusutan lahan pertanian secara besar-besaran. Nah tentu hal ini akan merugikan masyarakat kecil yaitu petani dan dalam jangka panjang akan menjadi acaman kekurangan pangan (Food Security). Padahal pangan merupakan kebutuhan dasar masyarakat secara primer. Pemerintah harusnya melindungi hal tersebut, dengan memberikan perlindungan, akses terhadap sarana prasarana pertanian bagi petani
“Mayoritas masyarakat Sumenep berprofesi sebagai petani. Kalau ada tambang fosfat mereka kehilangan sumber penghidupannya,” jelasnya
Belum lagi kata Basit, pertambangan fosfat ini akan menimbulkan bencana ekologi mulai dari kekeringan hingga banjir. Karena eksplorasi fosfat ini akan merusak bebatuan kars yang notabene merupakan area serapan air. Ditambah lagi, saat ini kabupaten di ujung Timur Pulau Madura ini sudah sering diterpa bencana alam
“Beberapa daerah yang setiap tahunnya mengalami kekeringan sampai saat ini belum dilihat adanya tindakan untuk menyelasaikannya, kebutuhan terhadap air masih tinggi mulai dari kebutuhan konsumsi air bersih sampai kebutuhan pertanian masih dalam ambang ketidak jelasan yang berkelanjutan,” bebernya
Atas situasi itu pihaknya meminta kepemimpinan Sumenep yang baru untuk menggagalkan pertambangan fosfat yang rencananya akan dilakukan di delapan kecamatan dan masih akan ada penambahan sembilan kecamatan. Sehingga menjadi 17 kecamatan jika disetujui dengan luasan konsesi sementara sebesar 826 hektar. Ia juga meminta pemerintah untu mempertahankan budaya lokal serta kelestarian ekologi dan lebih bijak mengatur kekayaan alam yang dimiliki dengan membuat kebijakan yang berbasis pembangunan berkelanjutan
“Sumenep merupakan daerah yang memiliki potensi fosfat terbesar setelah Sampang dengan jumlah 827, 500 M3,” tandasnya
Semenatara itu, Bupati Sumenep Achmad Fauzi saat audiensi mengatakan, pihaknya lebih senang dengan adanya teman-teman yang mau duduk langsung, dari pada harus berkoar-koar diluar untuk membicarakan apa yang sudah menjadi kritikan dan keinganan mahasiswa kepada Pemerintah Sumenep terkait penolakan fosfat.
Dengan begitu, dia menegaskan jika ada yang keberatan terhadap kebijakan pemerintah, pihaknya meminta untuk dibicarakan secara langsung dengan membuat surat secara tertulis untuk bertemu.
“Bikin surat kongkret kepada Bupati, sampaikan alasannya, sampaikan ke DPRD, karena ini berhubungan dengan kata teman-teman (Rivew RTRW, tambang fosfat, red) yang ditambah dari 8 menjadi 9, kita ini terbuka,” tuturnya. “Kalau ada investasi yang sesuai aturan, tidak mungkin saya tolak,” imbuhnya. Thofu