SURABAYAONLINE.CO, Sumenep– Dalam beberapa bulan terakhir telah di Kabupaten Sumenep terus bermunculan elemen-elemen dari lintas sektor mulai dari pemuka agama, hingga mahasiswa menyuarakan penolakan terhadap rencana pertambangan fosfat oleh pemerintah setempat.
Kali ini suara penolakan fosfat muncul dari barisan pewaris trah pemikiran Soekarno, yaitu Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Sumenep. Bahkan sejak 04 Februari 2021 yang lalu kaum marhaenis ini giat melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar lokasi yang direncakan untuk pertambangan fosfat
Edukasi ini dilakukan sebagai bagian dari langkah-langkah konkrit DPC GMNI Sumenep, didalam melakukan penolakan pertambangan fosfat di kabupaten dengan julukan Kota Keris tersebut.
“Kami (GMNI) melakukan pertemuan yang terakhir yaitu sosialisasi penolakan tambang fosfat ini dengan dihadiri beberapa masyarakat yang juga di antaranya adalah masyarakat pemilik tanah atau lahan yang berpotensi menjadi lokasi tambang,” kata Kordinator pelaksana kegiatan Apis Wardi. Kamis, (18/2/2021)
Menurut Apis Wardi edukasi ini merupakan bagian dari metode propaganda untuk mengkonsolidasikan dan membangun kekuatan rakyat bersama mahasiswa untuk bahu-membahu, bantu binantu sesuai dengan prinsip ajaraj Bung Karono yaitu gotong-royong untuk melakukan penolakan terhadap rencana pertamabangan fosfat. Selain masyarakat pihak juga melakukan edukasi terhadap pemerintah ditingkatan desa, agar juga terlibat dan sejalan satu tarikan nafas dengan aspirasi publik
“Dan hari ini, dengan dukungan penuh Pemerintah Desa (PEMDES) Gadu timur, tanggal 18 februari 2021,” terangnya
Dari hasil ANSOS (Analisis Sosial) yang merupakan salah satu bagian dari metode GMNI dalam menyikapi situasi sosial. Pertambangan fosfat dinilai akan memiliki dampak negatif yang cukup besar bagi masyarakat. Mulai dari potensi kerusakan alam berupan hancurnya daerah serapan bebatuan kars, dan akn menyebabkan bencana ekologi banjir saat musim pengujan kekeringan saat musim kemarau.
Tentu situasi ini akan mengakibatkan hilangnya sumber-sumber ekonomi masyarakat utamanya di sektor pertanian, akibat gagal panen karena sarana prasana utama pertanian nya dihancurkan
“Kami menilai, gerakan ini merupakan hal yang penting untuk dilakukan melihat dampak yang akan lahir ketika pelaksanaan penambangan lebih cenderung pada dampak negatif. Maksudnya adalah, setelah atau ketika pelaksanaan penambangan ini berjalan, maka potensi kerusakan ekosistem alam,” tegasnya
Sementara itu, Robinurrahman, pengurus DPC GMNI sekaligus pembicara dalam sosialisasi tersebut, tak banyak komentar terkait rencana pemerintah untuk penambangan fosfat ini.
“Kita sudah sosialisasi, dan kita (GMNI), masyarakat dan Pemdes Gadu Timur, sudah satu suara untuk Menolak penambangan ini, selanjutnya kita akan sosialisasi ke daerah target penambangan yang lain, kalau ada yang ngotot untuk meneruskan pertambangan ini, kami lawan,” pungkasnya. Thofu