SURABAYAONLINE.CO-Salah satu alat penting yang dicari tim gabungan untuk SAR adalah CVR atau rekaman kokpit di pesawat Sriwijaya Air SJ 182. VCR penting untuk melengkapi FDR yang sudah terlebih dahulu ditemukan.
Tim Basarnas mengakui kesulitan menemukan CVR karena pencarian dilakukan secara manual dengan meraba pakai tangan serta terhambat arus laut yang kuat. Waktu pencarian pun diperpanjang kembali hingga tiga hari ke depan, Kamis (21/01).
Di sisi lain, mantan ketua KNKT menyebut hasil investigasi sebetulnya tetap bisa dirilis meski ia sebut laporan akan seperti film bisu.
Dalam rilis yang diterima BBC Indonesia pada Selasa (19/01), KNKT menyatakan FDR sudah berhasil diunduh yakni sepanjang 27 jam.
Rekaman itu berisi data 18 penerbangan termasuk data Sriwijaya Air SJ182.
“Dari data dari FDR ini kami menemukan beberapa petunjuk untuk melanjutkan proses investigasi, tapi kami juga masih sangat mengharapkan CVR dapat ditemukan untuk melengkapi temuan,” kata Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Capt. Nurcahyo Utomo.
Laporan awal penyelidikan diharapkan dapat diterbitkan 30 hari setelah kecelakaan, tambah Nurcahyo.
Investigasi kecelakaan yang diduga menewaskan 62 orang awak dan penumpang pesawat itu melibatkan tim dari Singapura dan AS.
Melalui pesan singkat kepada BBC News Indonesia, juru bicara KNKT Indrianto mengatakan untuk mengungkapkan kasus kecelakaan penerbangan diperlukan kedua barang bukti berupa rekaman data penerbangan atau FDR dan rekaman suara di kokpit atau CVR.
“Keduanya bersifat saling melengkapi bukan menggantikan,” katanya.
Hingga kini pencarian CVR baru mendapatkan kotak penyimpanan memorinya saja. Sedangkan modul memorinya sampai saat ini masih belum ditemukan.
Namun, menurut mantan Ketua KNKT, Tatang Kurniadi hasil laporan investigasi bisa saja dirilis tanpa disertai bukti CVR, meski kata dia yang akan ditampilkan “seperti melihat film bisu, gerakannya ada tapi suaranya nggak tahu”.
Peristiwa ini pernah terjadi dalam kasus Adam Air 2007 silam.
“Kayak di Adam Air itu delapan bulan di dalam air masih bisa ketemu. Siapa tahu untung-untungan. Jadi kalau investigator sehingga sesempurna kalau itu ada. Tapi laporan ini bisa jalan. Nah, mereka yang menerima laporan juga mestinya baca bahwa CVRnya nggak ketemu,” kata Tatang kepada BBC News Indonesia, Senin (18/01).
Kata dia, bukti berupa FDR dan CVR lebih mudah ditemukan pada pesawat-pesawat yang jatuh di darat, tapi kalau di laut cenderung lebih sulit ditemukan, bahkan bisa mengalami kerusakan.
Dicari dengan Tangan
Juru bicara Badan SAR Nasional, Agus Basori mengungkapkan sulitnya menemukan modul memori CVR di lautan karena terhalang cuaca hujan dan arus laut. Belum lagi modul memori sudah tidak lagi dilengkapi dengan alat pelacak.
“Ya teman-teman di bawah itu, pakai tangan ambilnya. Meraba-rabanya pakai tangan. Kesulitannya di situ. Karena sudah tak ada finger-nya itu, casing-nya juga tidak ada,” kata Agus kepada BBC News Indonesia, Senin (18/01).
Basarnas telah menemukan data rekaman penerbangan atau FDR, Selasa (12/01). Tiga hari kemudian, tim penyelam mendapatkan selubung dan baterai CVR. Akan tetapi modul memorinya sudah terlepas dari perangkat ini dan masih belum ditemukan.
Kemarin, Basarnas bersama pihak terkait memutuskan menambah waktu pencarian hingga tiga hari ke depan, Kamis (21/01). Tim masih punya kesempatan tiga hari mendatang untuk menemukan modul memori CVR sebelum diputuskan kembali apakah pencarian akan ditambah waktunya atau dihentikan.
Selama tiga hari ke depan, Basarnas melaporkan tim inti yang bekerja melakukan proses pencarian tidak berubah jumlahnya. Akan tetapi tim pendukung sebanyak 3.500, jumlahnya akan berkurang setengahnya karena kemungkinan terlibat dengan evakuasi bencana lainnya seperti gempa di Sulawesi Barat, dan banjir di Kalimantan Selatan.(*)