Surabayaonline.co Sumenep- Tepat Hari ini pada tahun1960 tengah malam, tiga dara cantik mirabal bersaudara (Minerva,Maria dan Patria) sepulang menjenguk suaminya yang disekap di penjara salcedo, jeep yang mereka tumpangi dicegat oleh pasukan kaki tangan rezim diktator Jenderal Rafael Trujilo di Republik Dominica.
Satu persatu ketiga bersaudara itu digiring keperkebunan tebu. Di bawah langit yang gelap gulita meraka dihajar hingga tewas, kemudian jasad yang penuh berlumuran darah dilemparkan kembali ke jeep dan didorong ke jurang.
Sejak malam itu tamatlah riwayat kupu-kupu kebanggaan Dominica itu. Ketiganya merupakan aktivis pro demokrasi yang lantang beruara, menempuh jalan berbatu dan keperihan untuk membebaskan rakyat dari cengkraman ekonomi lolitik rezim diktator Trujilo.
Kematian tiga aktivis perempuan tersebut untuk pertama kalinya pada tahun 1981, melalui Kongres Perempuan Amerika Latin yang pertama, diauki sebagai Hari Intersnasional anti kekerasan terhadap perempuan.
Melalui momentum hari anti kekerasan terhadap perempuan, Surabayaonline.co mencoba mewawancarai salah satu aktivis perempuan di Sumenep, yang pernah mengalami persekusi dan stigmaisasi, saat melakukan aksi penolakan UU Cipta Kerja di depan gedung DPRD Kabupaten Sumenep beberapa waktu yang lalu.
Menurut perempuan yang memiliki nama lengkap Arisya Dinda Nurmala Putri ini sat di wawancarai, memandang kekerasan terhadap perempuan merupakan bentuk paling primitif dari dilangagengkan nya budaya feodal patriarki, dinegeri setengah jajahan setengah feodal seperti indonesia
“Kekerasan terhadap perempuan merupakan Bentuk Paling Primitif Dari budaya feodal patriarki,”ujarnya Rabu 25/11/2020
Ia juga menilai dilanggengkannya budaya patriarki dalam negara setangah jajahan setengah feodal mengakibatkan perempuan berda dalam subordinasi dan diskriminasi, dalam berbagai sektor, mislanya kata dia saat ini perempuan berada dalam sistem kerja ganda, dilapangan pekerjaan perempuan mengalami diskriminasi upah di mana perempuan digaji lebih murah dari pada laki-laki.
Dinda juga menambahkan dipertahankan nya budaya terbelakang feodal patriarki di negara setengah jajahan setengah feodal seperti indoneisa tidak terlepas sebagai upaya dari memberbesar akumulasi kapital negara-negara imprealisme.
“Budaya terbelakang feodal patriarki ini, tidak terlepas dari kepentingan akumulasi kapital negara-negara besar di indonesia,” tambahnya
Kemudian Dinda menguraikan berdasarkan catatan akhir tahun Komnas perempuaan pada tahun 2019 saja ada sekitar 421.471 kasus, dan ada peningkatan sekitar 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 406.178 kasus. Menurut perempuan yang menjabat sebagai Ketua Rayon PMII Ir Soekarno fakultas teknik Unija ini. Tingginya kasus kekeresan terhadap perempuan tersebut menunjukkan bahawa perempuan masih berada dalam situasi yang sangat rentan.
“Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan pada tahun 2019 meningkat sebesar 6 %. Jumlah kasus kekerasan terahadap perempuan tahun 2019 sebanyak 431.471 kasus, jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 406.178,” urainya.
Dinda juga memprediksi kedepan kekerasan terhadap perempuan akan meningkat, apabila perempuan tidak bangkit melakukan perlawanan untuk kesetaraan, untuk ia mengajak melalui momentum hari anti kekerasan terhadap perempuan ini untuk mengorganisasikan diri dalam sebuah organisasi yang maju yang menolak budaya patriarki, karena menurut dia selama budaya patriaki masih langgeng maka kesataran dan pengahapusan kekerasan terhadap perempuan akan menjadi semu.
“Perempuan harus bangkit melawan budaya feodal patriaki dengan berorganisasi, karena hanya dengan begitu kekerasan terhadap perempuan dapat di hapus,” tegasnya
Dari mirabal bersaudara kata Dinda perempuan hari ini bisa belajar tentang militansi perjuangan perempuan menempuh jalan terjal, melawati lorong sepi perlawanan, dari Mirabal bersaudara pula menurut dia bahawa perempuan merupakan elemen penting perubahan.
Ia berharap darah kupu-kupu kebanggaan Republik Dominika itu, terus mengalir melintasi zaman sehingga memunculkan kupu-kupu kebanggan baru di indonesia khususnya di Kabupaten Sumenep. Perempuan juga menurutnya merupakan bunya mawar revolusi yang akan terus mekar sepanjang zaman.
“Semoga darah Mirabal bersaudara dapat memunculkan kupu-kupu kebanggaan baru di Kabupaten Sumenep, ” harapnya.
Anti kekerasan terhadap perempuan yang jatuh pada 25 November setiap tahun, biasanya diisi dengan kampanye 16 hari melawan kekerasan terhadap perempuan. (Thofu)