SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Sinergi antara Pemkot Surabaya dan Polrestabes Surabaya kembali terwujud melalui program edukasi yang strategis. Melanjutkan komitmen dalam perlindungan anak dan perempuan, keduanya menggelar Kelas Parenting di Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Balai RW 6, Kelurahan Wonokusumo, Kamis (28/8). Acara ini bertujuan mengedukasi masyarakat agar tidak takut untuk berani melawan segala bentuk kekerasan.
Mengusung tema “#RiseandSpeak: Wujudkan Ketahanan Keluarga, Perlindungan Perempuan dan Anak dengan Bangkit dan Bersuara”, kegiatan ini menghadirkan dua figur penting sebagai narasumber, yakni Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani, dan Ketua Bhayangkari Cabang Kota Surabaya Inge Luthfie. Keduanya memberikan materi komprehensif tentang pentingnya ketahanan keluarga dan strategi pencegahan kekerasan.
Ketua TP PKK Kota Surabaya,Rini Indriyani mengaku geram dengan maraknya kasus kekerasan yang belakangan menjadi viral, termasuk yang pernah terjadi di Surabaya.
“Ini menjadi kewajiban kita semua. Kami bersama Bu Kapolres menjelaskan bahwa seorang perempuan itu harus berani speak up untuk berbicara, menolak, dan melaporkan ketika ada kekerasan yang terjadi,” tegas Bunda Rini Indriyani sapaan akrabnya.
Bunda Rini Indriyani yang juga menjabat sebagai ketua Forum Puspa Surabaya menambahkan, kekerasan sering kali muncul dari keluarga yang tidak harmonis. Oleh karena itu, edukasi ini dirancang sebagai bagian integral untuk membentuk ketahanan keluarga.
Ia berharap ada efek jera bagi para pelaku, dengan demikian Pemkot Surabaya berkolaborasi dengan aparat penegak hukum yang bisa memastikan adanya punishment yang jelas, bukan sekadar mediasi. “Harus ada efek jera kepada para pelaku ini supaya tidak terjadi lagi. Semoga ini juga menjadi efek jera bagi yang lain,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Bhayangkari Cabang Kota Surabaya Inge Luthfie menyampaikan materi tentang pentingnya kewaspadaan, terutama dalam penggunaan gawai. “Kita harus mengenali tanda-tanda pelecehan. Jangan sampai menormalisasi, jika ada indikasi atau bahkan sudah terjadi, lebih baik segera lapor,” ungkapnya.
Inge juga memberikan penekanan kuat bahwa perempuan bukanlah objek kekerasan atau pelecehan. “Jangan kita menormalisasi catcalling. Semua perempuan berhak mendapatkan perlakuan yang sama, terlepas dari penampilan atau pekerjaan,” tegasnya.
Ia berharap tidak ada toleransi terhadap pelaku kekerasan pada perempuan dan anak. “Harapannya, pihak aparat penegak hukum jangan banyak melakukan mediasi, tolong diberikan efek jera kepada pelaku,” pesannya.
Lebih dari sekadar program, Inge juga menggarisbawahi pentingnya menumbuhkan rasa simpati dan empati di antara masyarakat. Menurutnya, hal ini menjadi modal utama untuk menciptakan lingkungan yang aman, di mana setiap orang merasa peduli dan tidak ragu untuk bertindak jika melihat indikasi kekerasan.
“Semoga kegiatan hari ini bisa berefek dan bermanfaat bagi semuanya. Kami melihat antusiasme pesertanya sangat bagus. Harapan kita ke depan, kita bisa melaksanakan hal-hal seperti ini lagi supaya semua wilayah bisa ter-cover,” pungkasnya.(*)