SURABAYAONLINE.CO — Seorang warga berstatus PNS di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, diduga ikut bermain dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang beroperasi di wilayah setempat. Oknum yang diduga turut cawe-cawe tersebut, Prayitno, warga Desa Slambur, Kecamatan Geger, kabupaten setempat.
Prayitno merupakan salah satu dari tiga pemilik usaha dapur MBG – Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) “Assalam” yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Geger. Dua pengelola lainnya masing-masing H. Slamet, warga Desa Sumberejo, Kecamatan Geger, dan Indarti, warga Desa Bangunsari, Kecamatan Dolopo.
Rencana praktik kotor yang diduga hendak dilakukan Prayitno menggunakan pola, dia akan memotong nominal sebesar Rp. 50 ribu/tabung LPG kapasitas 50 Kg dengan harga kesepakatan Rp. 1 juta/tabung. Akibat adanya upaya pemangkasan itu pemasok diperkirakan hanya akan mendapat Rp. 950 ribu/tabung dari pemilik dapur MBG yang menjadi mitra kerjanya.
Pemasok kebutuhan LPG, Gatot Setiawan, 65 tahun, warga Kelurahan Tawangrejo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, kepada koresponden, Minggu (09/11/2025), mengatakan, dia bekerjasama sebagai pemasok LPG dengan Slamet untuk memenuhi energi kebutuhan dapur MBG milik Slamet. Kerjasama di mulai bulan September lalu, dengan ketentuan pemasok mengirim sebanyak 4 buah tabung LPG setiap bulan.
Menurutnya, selain LPG 50 Kg, Gatot juga diminta memasok LPG kapasitas 12 Kg sebanyak 3 buah. Permintaan itu sudah dipenuhi. Bahkan pengiriman bulan September sudah dibayar pada bulan Oktober, yang dilanjutkan dengan pengiriman berikutnya sesuai kesepakatan.
Munculnya permasalahan, kata Gatot, barang yang sudah dikirim pada bulan Oktober ternyata belum dibayar sampai bulan November ini. Bahkan yang mengejutkan, lanjutnya, tiba-tiba H. Slamet melakukan penghentian sepihak atas pengiriman LPG tersebut. Bukan cuma itu, lanjutnya, dia juga mendapat penjelasan dari H. Slamet mengenai pengurangan Rp. 50 ribu/tabung atas permintaan Prayitno.
“Jadi barang saya yang bulan Oktober senilai total Rp. 4,380 ribu sampai sekarang belum dibayar. Malahan, kata Pak Slamet, per tabung akan dipotong Rp. 50 ribu, atas permintaan Pak Prayitno. Bahkan, mulai bulan November ini saya tidak boleh lagi mengirim LPG. Entah apa alasannya saya tidak tahu” tutur Gatot.
Sementara H. Slamet yang ditemui di lokasi proyek pembangunan gedung koperasi miliknya di wilayah Kecamatan Geger, membenarkan adanya rencana pemotongan sebesar Rp. 50 ribu/tabung tersebut. Namun begitu, katanya, rencana pemotongan itu bukan atas prakarsa Prayitno, melainkan uangnya akan dimasukkan ke koperasi. Akan tetapi, jelasnya, rencana pemotongan tersebut telah dibatalkan dan akan dibayarkan penuh.
Dia tidak menjelaskan sebagai dana apa rencana pemotongan tersebut dimasukkan ke koperasi, yang mana Gatot bukan tercatat sebagai anggota koperasi yang dimaksud. Apakah sebagai penyertaan modal, tabungan, sumbangan, atau model perkoperasian lainnya.
Dia juga membenarkan bahwa pihaknya memang belum membayar sejumlah pasokan gas LPG yang dikirim Gatot bulan Oktober. Namun, dia mengaku akan segera memenuhi kewajibannya membayar tunggakan yang belum dibayar tersebut.
Terkait pemutusan sepihak mengenai pemasokan LPG, H. Slamet juga tidak menampiknya. Pemutusan itu dilakukan, menurut Slamet, lantaran pasokan LPG oleh Gatot akan dialihkan ke tiga dapur MBG lainnya. Masing-masing dapur MBG di Kecamatan Gemarang, Desa Bagi dan Desa Mojopurno.
“Benar memang kami akan melakukan pemotongan Rp. 50 ribu/tabung. Tapi itu bukan atas perintah Pak Prayitno, melainkan uang akan kita masukkan ke koperasi. Dan itu sudah kami batalkan, dan akan kita bayar penuh. Sedangkan soal pemutusan pengiriman LPG, akan kita alihkan untuk memasok di tiga dapur lain yang masih di bawah grup kami,” kata Slamet.
Dia menjelaskan, dapur MBG tersebut dikelola oleh tiga orang termasuk dirinya. Dia juga membenarkan bahwa Prayitno dan Indarti merupakan bagian dari pendiri dapur MBG tersebut.
Slamet menyebutkan, dapur MBG – SPPG “Assalam” setiap hari memproduksi sekitar 2.615 kotak menu MBG, yang diedarkan untuk siswa mulai TK, SD, SMP dan SLTA di wilayah Kecamatan Geger. Menu tersebut dikerjakan sedikitnya 50 pekerja, yang melakukan aktivitas persiapan sejak pukul 17.00.
Kemudian memasak pukul 00.00 tengah malam, dilanjutkan pengemasan mulai pukul 05.00, hingga didistribusikan dengan dua mobil boks ke setiap sekolahan yang menjadi sasarannya. (fin)


