SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Pemkot Surabaya mengambil langkah proaktif menekan angka perceraian di kalangan aparatur sipil negara (ASN) dengan menggelar seminar dan bincang santai bertajuk Merawat Cinta Kasih Keluarga, Cegah Toxic Parenting. Acara yang dihadiri ratusan pegawai ini menghadirkan narasumber ternama, Medical Doctor dan Konsultan Keluarga, dr. Aisah Dahlan, di Empire Palace, Kamis (30/10).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan bahwa kegiatan ini adalah upaya serius Pemkot Surabaya untuk menekan kasus perceraian. “Melalui inisiasi Bunda Literasi, hari ini kita dapat mengundang Ibu Aisah Dahlan. Fokus utamanya adalah bagaimana kita bisa saling menghormati antara suami dan istri dalam konteks mencegah toxic parenting,” ungkapnya.
Menurutnya, toxic parenting bermula dari mengajarkan hal-hal yang tidak baik kepada anak. Namun, sebelum orang tua bisa menjadi teladan, mereka sendiri harus tersadarkan dan terjaga. Eri mengingatkan, sedikit kesalahan dalam mendidik atau perlakuan dapat berdampak fatal bagi anak dan keutuhan keluarga.
Menyadari ritme kerja ASN yang tinggi memerlukan dukungan internal, Pemkot Surabaya menyediakan konseling tatap muka dan juga memfasilitasi konsultasi melalui aplikasi atau web digital. Solusi digital ini diberikan khusus untuk menjamin kerahasiaan bagi ASN yang mungkin merasa sungkan atau ragu untuk berkonsultasi secara langsung. “Pemkot telah menyiapkan tim psikologi di bawah koordinasi DP3A-PPKB. Kami juga memfasilitasi konsultasi melalui aplikasi atau web digital,” terangnya.
Sementara itu, Bunda Literasi Kota Surabaya Rini Indriyani menekankan pentingnya literasi keluarga. Menurutnya, literasi memiliki cakupan luas, termasuk bagaimana menjadi orang tua yang baik dan membentuk keluarga. Ia berharap, kehadiran Aisah Dahlan dapat membantu para ASN memahami pola asuh yang benar. Termasuk perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan.
“Sebelum memperlakukan anak dengan baik, kita harus menjadikan keluarga kita sebagai role model yang baik,” kata Bunda Rini Indriyani sapaan akrabnya.
Bunda Rini Indriyani turut memperingatkan tentang tantangan bagi perempuan yang berkarir. Ia berpesan agar sesibuk apapun, orang tua harus meluangkan waktu untuk sentuhan kasih sayang, seperti mencium dan memeluk anak setiap hari, karena masa kecil anak adalah momen yang tidak akan terulang.
Ia percaya, ketika keluarga harmonis, pekerjaan pasti akan maksimal. Sebab, keluarga adalah fondasi utama tempat anak belajar kasih sayang dan empati, namun kompleksitas tekanan zaman, mulai dari kesibukan, gawai, hingga stres pekerjaan yang kerap membuat kasih sayang bergeser menjadi ketegangan. “Ini adalah dorongan nyata untuk menekan angka perceraian di lingkungan Pemkot Surabaya,” ujarnya.
Bunda Rini Indriyani menambahkan, keluarga adalah tempat pertama anak belajar kasih sayang dan empati. Di tengah tekanan kompleks, toxic parenting sering muncul karena emosi yang tidak terkelola. Para ahli menyebut bahwa anak membutuhkan secure attachment atau keterikatan emosional yang aman dengan orang tuanya.
Ia menutup dengan menyampaikan salah satu materi menarik Aisah Dahlan bahwa otak laki-laki bekerja dalam kotak-kotak logika, fokus pada satu hal. Sedangkan otak perempuan ibarat kabel listrik, semuanya terhubung dan menyala. Jika suami bisa memahami alur emosi istri, dan istri bisa memahami ritme pikir suami, maka rumah tangga akan jauh dari pertengkaran yang tidak perlu.(*)


