SURABAYAONLINE.CO – Dilaporkan sebanyak 18 anggota separatis bersenjata OPM ditembak mati prajurit TNI di wilayah Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah, Rabu (14/05/2025).
Aparat militer ambil tindakan tegas, lantaran para pemberontak itu merusak kegiatan TNI, berupa pelayanan kesehatan dan edukasi kepada masyarakat, serta pengamanan rencana pembangunan jembatan menuju Hitadipa.
Dalam pada itu, pasukan gabungan TNI di bawah Komando Operasi TNI Habema juga berhasil mengamankan sejumlah atribut dan barang, yang digunakan untuk memberontak terhadap kedaulatan NKRI.
Barang-barang tersebut antara lain, 1 pucuk senjata organik AK-47, 1 pucuk senjata rakitan, puluhan munisi berbagai kaliber, sejumlah busur, ratusan anak panah, alat komunikasi dan selembar bendera bintang kejora.
Informasi itu dirilis Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono, dan disampaikan Kapen Kogabwilhan III, Kolonel TNI Winaryo, kepada jurnalis melalui pesan elektronik, Rabu malam (14/05/2025) pukul 21.36.
“Sebanyak 18 gerombolan bersenjata tewas. Sejumlah barang bukti diamankan TNI. Seluruh personel TNI yang terlibat dilaporkan dalam kondisi aman dan lengkap. TNI tetap hadir di tengah masyarakat Papua, sebagai pelindung dan mitra kerja pembangunan tanah Papua,” tegas Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono dalam rilis.
Disebutkannya, sebelumnya, sekira pukul 04.00 hingga pukul 05.00 WIT prajurit TNI bergerak masuk ke sejumlah kampung di Distrik Sugapa. Di lokasi itu lars TNI menapak di Kampung Titigi, Ndugusiga, Jaindapa, Sugapa Lama dan Zanamba untuk memberikan pelayanan kesehatan dan memberi edukasi kepada masyarakat setempat. Juga bertindak mengawasi dan mengamankan rencana pembangunan jalan menuju Hitadipa.
Namun, rupanya, aktivitas positif TNI itu justru membuat sirik hati para pemberontak bangsa dan negara. Gerombolan OPM mulai melakukan agitasi kepada masyarakat setempat, sekaligus menjadikannya sebagai tameng hidup. Mereka menyebar narasi kurang ajar: bahwa kedatangan TNI akan mengancam nyawa masyarakat setempat.
Rilis menyebut lebih lanjut, Kepala Suku Kampung Sugapa, Melianus Wandegau, mengatakan pihak OPM telah melakukan manipulasi fakta tentang kehadiran TNI, dengan mendengungkan akan menjadi ancaman bagi masyarakat setempat.
“Kenyataan tidak begitu. Tidak seperti yang dikatakan OPM. Saya lihat bapak-bapak TNI ini justru bekerja tulus membantu kami di sini. Bahkan sebaliknya, oleh OPM kami dijanjikan kesejahteraan. Kenyataannya kami malah dijadikan alat dan pelindung dari serangan. Kami dijadikan tameng untuk melawan TNI,” ungkap Melianus panjang lebar.
Belasan pemberontak yang mati di tangan TNI itu, tulis rilis, diketahui kerap melakukan aksi kekerasan terhadap warga sipil. Termasuk pembakaran rumah, penyanderaan guru dan tenaga kesehatan, termasuk penyerangan fasilitas umum dan pengerjaan proyek pembangunan.
Kondisi terkini di wilayah tersebut, terang Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono, TNI telah mensterilkan area Kampung Sugapa Lama dan Kampung Kampung Bambu Kuning dari aktivitas separatis bersenjata pimpinan Daniel Aibon Kogoya, Undius Kogoya dan Josua Waker.
“Sampai saat ini pasukan TNI masih dan tetap siaga di beberapa sektor. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi kemungkinan adanya pergerakan anggota OPM yang tersisa,” tegas Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono. (fin)