SURABAYAONLINE.CO,Surabaya – Setelah berjalan selama dua bulan, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mendapat respons positif dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, hingga praktisi kesehatan dan media. Untuk memperkuat sinergi lintas sektor, diskusi bertajuk “Peran Stakeholder dan Media dalam Mendukung Program Makan Bergizi Gratis” digelar di Surabaya pada Kamis (27/2).
Dalam forum ini, Cici Swi Antika, Kepala Seksi Kesehatan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Jawa Timur, menekankan bahwa program MBG bukan sekadar penyediaan makanan sehat bagi masyarakat, tetapi juga memiliki dampak lebih luas terhadap sosial dan ekonomi.
“Ada sepuluh keunggulan program MBG, seperti mendukung ketahanan pangan, membangun ekosistem berkelanjutan, memberikan pelatihan peningkatan kapasitas, menciptakan lapangan kerja, hingga membuka peluang investasi di sektor hilirisasi,” jelasnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa MBG menghadapi tantangan serius, terutama dalam mengatasi kekurangan gizi, defisiensi zat gizi mikro, obesitas, hingga kematian ibu dan anak. Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Timur pada 2024 tercatat 82,56 per 100.000 kelahiran, lebih rendah dari target 93,34. Sementara Angka Kematian Bayi (AKB) menurun dari 3.938 kasus pada 2023 menjadi 3.754 kasus di 2024.
Meskipun angka stunting di Jawa Timur terus menurun, tetap diperlukan percepatan penanganan. Data e-PPGBM menunjukkan prevalensi stunting di Jawa Timur pada Januari-November 2024 mencapai 5,96 persen, turun dari 6,04 persen pada Januari-Juni 2024.
“Program MBG sejalan dengan upaya pengentasan stunting di tingkat nasional dan daerah. Namun, Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendiri. Kami membutuhkan kolaborasi lintas sektor,” tambah Cici.
Tak hanya stunting, anemia pada anak sekolah dasar juga menjadi perhatian. Pada 2023, prevalensi anemia di kelompok ini tercatat 0,52 persen, namun meningkat menjadi 0,14 persen di triwulan ketiga 2024.
Kolaborasi Pelaku Usaha untuk Peningkatan Gizi Anak
Program MBG yang diinisiasi oleh PT Frisian Flag Indonesia dengan moto “Nourishing Indonesia to Progress.” Berdasarkan survei South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) II di Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Thailand, ditemukan bahwa banyak anak Indonesia masih menghadapi tantangan gizi, seperti kekurangan kalsium, vitamin D, stunting, anemia, hingga kelebihan berat badan.
“Masih banyak anak-anak yang tidak tercukupi gizinya. MBG tidak hanya memberikan makanan, tetapi juga edukasi gizi, termasuk pentingnya susu. Susu kaya vitamin D dan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan anak,” jelas Fetti Fadliah, Corporate Communication Manager Frisian Flag Indonesia.
Sejak 2013, Frisian Flag telah menjangkau 2,5 juta anak melalui program ini. Baru-baru ini, 10 sekolah di Cikarang, Jawa Barat, juga menjadi bagian dari inisiatif MBG dengan total 350 siswa dari delapan SD dan dua SMP.
Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, Wakil Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Indonesia, menyoroti bahwa konsumsi susu di Indonesia masih jauh di bawah negara lain.
“Konsumsi susu di Indonesia hanya 16 liter per kapita per tahun, sementara di Belanda mencapai 250 liter. Padahal, susu adalah salah satu makanan alami yang paling praktis dan bermanfaat bagi tumbuh kembang anak,” ungkap Sandra.
Ia juga menekankan bahwa susu disebut dalam Surah An-Nahl ayat 66 sebagai makanan bergizi tinggi, sehingga penting untuk terus dipromosikan dalam pola konsumsi harian anak-anak.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, Lutfil Hakim, menegaskan bahwa media memiliki tanggung jawab besar dalam mendukung keberhasilan MBG.
“Media perlu memahami aturan, regulasi, dan mekanisme program sebelum menyampaikan kritik atau edukasi. Dengan begitu, media dapat menjadi bagian dari solusi,” tegasnya.
Sementara itu, Rachmat Hidayat, Kepala Biro LKBN Antara Jawa Timur sekaligus moderator diskusi, melihat bahwa MBG bukan hanya tentang gizi, tetapi juga pembangunan ekosistem sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.
“Program ini melibatkan sektor pertanian lokal, membuka lapangan kerja, dan mendukung kearifan lokal. Ini menunjukkan bahwa MBG adalah langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutup Rachmat.
Diskusi ini menegaskan bahwa kesuksesan MBG bergantung pada sinergi antara pemerintah, sektor swasta, media, dan masyarakat. Dengan kolaborasi yang solid, diharapkan program ini dapat mempercepat penurunan angka stunting, meningkatkan kesadaran gizi, dan menciptakan generasi Indonesia yang lebih sehat.(Win)