SURABAYAONLINE.CO-Jalan rusak di musim penghujan jadi pemandangan yang umum. Kendaraan dengan tonase besar memperparah kondisi jalan dan kerap menimbulkan korban. Anik Maslachah Wakil Ketua DPRD Jatim mengingatkan, penyelenggara jalan bahwa wajib melakukan perbaikan pada jalan yang rusak. Jika tidak, penyelanggara jalan bisa dituntut ganti rugi sesuai dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Penyelenggara jalan yang tidak memperbaiki jalan rusak dan hal tersebut mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, maka dapat dihukum pidana dan dikenai denda. Hal itu tertuang dalam Pasal 273 ayat 1-4.
“Itu yang menanggung pemerintah loh (penyelenggara jalan, red). Kalau yang jalan nasional ya pusat, kalau provinsi ya gubernur, kalau kabupaten/kota ya bisa wali kota dan bupati. Itu jelas dalam Pasal 273,” kata Anik saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Senin (18/1/2021).
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, pada Pasal 273 ayat 1 berbunyi, setiap penyelenggara jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki jalan rusak yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas sehingga menimbulkan korban luka ringan dan atau kerusakan kendaraan dan atau barang dipidana dengan penjara paling lama enam bulan atau denda paling banyak Rp12 juta.
Kemudian Pasal 273 ayat 2 disebutkan, dalam hal sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan luka berat, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp24 juta.
Pada ayat 3 disebutkan jika hal itu mengakibatkan orang lain meninggal dunia pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau paling banyak Rp120 juta.
Pada ayat 4 berbunyi, penyelenggara jalan yang tidak memberi tanda atau rambu pada jalan yang rusak dan belum diperbaiki dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau denda paling banyak Rp1,5 juta.
“Masyarakat pun demikian, apabila masyarakat melakukan perbuatan sesuatu yang menyebabkan rusak fungsi jalan, juga ada undang-undangnya,” ujarnya.
Di Sidoarjo jalanan rusak ini membentang dari kawasan Damarsi, Kecamatan Buduran hingga Dukuh Tengah juga di Kecamatan Buduran. Orang bilang jeglongan sewu, akibatnya banyak pihak dirugikan dari pemakai jalan hingga pedagang yang memakai gerobak dorong.
“Teman-teman saya penjual tahu thek ulang semua ke kampung karena jalanan rusak,” kata Dudung penjual mi .
Untunglah jalan di kawasan Kwangsan sudah diperbaiki meski sifatnya tambal sulam, itupun dengan menutup akses jalan selama satu bulan, yang artinya juga membunuh ekonomi warga yang berjualan di sepanjang jalan itu.
Tinggal sekarang yang masih parah di Dukuh Tengah, Kecamatan Buduran yang perlu sentuhan agar tidak jatuh korban, karena jika hujan dan lampu PJU mati, melewati daerah itu serasa jalan di hutan gelap.(*)