SURABAYAONLINE.CO-Bapak Presiden Republik Indonesia yang terhormat. Perkenankan saya selaku Kuasa Hukum generasi muda bangsa yang ingin mengabdi kepada Bangsa ini, menyampaikan sebuah surat terbuka kepada Bapak Presiden, dan Para Menteri terkait khususnya Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sehubungan dengan kondisi Pandemik saat ini.
Tenaga Medis adalah garda terdepan dalam menangani Covid-19 yang semakin hari semakin ganas. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk menghalangi, menanggulangi, dan mengatasi virus yang semakin bertambah jumlah penderitanya tiap hari ini.
Setiap hari kira mendengar bahwa penderita bertambah, jumlah pasien yang meninggal bertambah, dan hal tersebut juga “menyerang” tenaga Media yg ada.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyebut bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis tenaga medis. Sebab itu, pemeritah perlu memperbanyak lagi Sumber Daya Manusia (SDM) sektor kesehatan untuk mendukung penanganan Covid-19.
“Masih banyak sekali kekurangan tenaga medis di seluruh daerah. Jadi perlu adanya program percepatan dalan melahirkan banyak tenaga medis,” ujar Terawan dalam pres konferensi virtual, Rabu (12/8/2020).
tempodotco pada laman Istagramnya menulis “HINGGA 1 September 2020, tercatat 102 dokter meninggal karena tertular corona. Kematian ini menempatkan Indonesia di posisi berbahaya pada masa mendatang. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO ) pada 2017, rasio perbandingan dokter dengan populasi di Indonesia berada di angka 4 : 10.000. Artinya, tiap sepuluh ribu populasi di Indonesia, hanya ada empat dokter yang tersedia. Jumlah ini jauh di bawah standar ideal WHO yang mematok angka 1 : 500.
Menilik ke tahun-tahun belakang, pada 1970-an, Indonesia juga dirundung kelangkaan dokter. Pada periode tersebut berbagai wabah silih berganti menerjang Indonesia, dari kolera, cacar, malaria, hingga demam berdarah. Tempo pada 28 Oktober 1978 menyoroti akrobat pemerintah untuk mempercepat kelahiran dokter lewat artikel berjudul Jalan Baru Masih Berduri.”
Bapak Presiden Republik Indonesia, masih ingatkah bapak dengan Polemik Kasus teman-teman Dokter ini? Hingga saat ini kasus ini masih bergulir. Sudah banyak korban “berjatuhan”. Ada yang kesulitan mendapatkan pekerjaan, ada yang kesulitan karena harus terancam Drop Out karna dipaksa membayar SPP meski sudah menyelesaikan semua perkuliahannya, bahkan ada yang meninggal.
Bapak Presiden Yang Terhormat, bukankah nasib Negara ini di masa depan ada di tangan Generasi Muda? Lalu saat mereka ingin mengabdi saat ini, kenapa dipersulit. Malah ada wacana mau “import” tenaga Medis.
Bapak Presiden Yang Terhormat, kenapa judul surat terbuka ini saya katakan “ibarat Gajah Di Pelupuk Mata Tak Tampak, semut diseberang Galaxy tampak”. Ini supaya menjadi jelas dan terang benderang. Negara kita tidak krisis Dokter atau Tenaga Medis. Negara kita krisis moral yang masih saja mempersulit anak-anak bangsa untuk maju dan berkembang. Masih ada oknum-oknum yang melakukan praktek-praktek begitu.
Bapak Presiden Yang Terhormat,
Anak bangsa ini masih banyak Pak yang bersedia dan rela mengabdi kepada bangsa ini khususnya di masa pandemi.
Jadikan mereka garda terdepan secara bersama-sama membantu bangsa ini.
Sekian dulu Surat Terbuka ini kami sampaikan.
Kami akan terus memberi kabar dan meminta atensi Bapak Presiden Republik Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Semoga Bapak Presiden selalu dalam keadaan sehat.
Salam Hormat,
Rizky Putra Yudhapradana SH
Kuasa Hukum Pergerakan Dokter Muda Indonesia


