SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Tak bisa dipungkiri bahwa keberadaan Cina sebagai raja dagang yang hampir menguasai dunia membuat merah telinga elit global yang diakomodasi oleh keluarga Rothschild, Rockefeller, dan JP. Morgan. Tiga keluarga elit global penguasa keuangan dunia. Kondisi ini semakin memanas dengan statemen dari Xin Jin Ping dengan sombongnya mengatakan bahwa tidak ada kekuatan di dunia yang bisa menghambat lajunya ekonomi (hegemoni) Cina.
Amerika Serikat dengan elit global baru berkuasa selama 70 tahun di dunia, sementara Romawi bisa sampai 100 tahun. Sementara Cina dengan skema OBOR (One Belt One Road) berhasil merekrut 70 negara, termasuk Indonesia, dengan strategi FDI (Foreign Direct Investmen) dimana untuk menguasai perekonomian suatu negara dengan system Turnkey Project Managemen (dari hulu ke hilir semua dikerjakan Cina). Selanjutnya, diupayakan produk ekspornya memperoleh USD.
Dalam tulisan ini saya mencoba untuk menganalisa pandemic Covid-19 dari perspektif geo-strategi, geo-politik, dan geo-ekonomi. Amerika Serikat dengan geo-strateginya trade war terhadap Cina mencoba merubah menjadi bilological warfare, dengan tujuan untuk melumpuhkan ekonomi Cina “lockdown melalui pandemi Corona”. Konteks besarnya, perang dagang AS dan Cina tentunya.
Amerika sendiri saat ini sudah tidak focus lagi pada terorisme, tapi keberadaan Cina (Trade War), Rusia (Cold War II) dan Eropa (Brexit) seakan menjadi ancaman tersendiri bagi hegemoni Amerika, dan tentu saja tak mau kehilangan super powernya. Strategi jitu dengan lockdown pandemic corona, hal ini akan berlanjut dengan krisis ekonomi dan krisis mata uang.
Persis ketika elit global pada 1929 – 1930. Terjadi depresi besar dunia yang melahirkan ide 3 elit Yahudi kala itu mendirikan The Fed (Bank Sentral AS), PBB, dan badan dunia seperti: WTO, WHO, FAO, Unicef, IMF, Bank Dunia, untuk mengendalikan dunia.
Untuk itu diciptakan Perdang Dunia I dan II, dan AS sebagai pahlawan baru dunia. Melengkapi hegemoni dibuat Undang-Undang bahwa mencetak uang tanpa jaminan di tahun 1971, sehingga jangan heran AS sebagai raja keuangan global dengan alat Yahudi global sebagai “banker star” dunia. Era ini kita sebut sebagai era Keynesian (1931 – 2019).
Pasaca perang dunia II menjadikan Amerika sebagai lokomotif dunia, Kapitalisme Koporasi era Keynesian. Dimana semua jaringan dan system keuangan mulai dari bank sentral, perbankan, bursa saham, sitem mata uang, surat-surat berharga (obligasi), bond (surat utang) semua dikuasai oleh 3 elit global yahudi.
New World Order
Bocornya dokumen Skema Rockefeller Foundation yang meyakini bahwa teori konspirasi keterlibatan elit global dalam pandemi Corona benar adanya. Tidak heran para pakar “menuduh” bahwa virus Corona adalah produk laboratorium, karena kadar asam aminonya ditambah dari 2 ikatan menjadi 4 ikatan asam amino sehingga mematikan, dan penyebaran serta mutasinya begitu cepat.
Cina dengan State Capitalism dianggap sebagai ancaman utama diserang lewat pandemic corona yang tak berujung dan mengakibatkan kepanikan global dan berdampak pada krisis setaraf dengan depresi ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1930-an yang melahirkan era Keynesian. Merasa diatas angin dengan teori konspirasinya, Amerika lagi-lagi ingin hadir sebagai solusi dengan segala macam strateginya yaitu tawaran pinjaman utang dengan mencetak bond (surat utang) dengan modal dengkul (tanpa jaminan).
Elit Yahudi global (keluarga Rothschild, Rockefeller, dan JP. Morgan) bersama dengan Amerika Serikat ingin membuat suatu tatanan baru ekonomi dunia. Kita sebut saja era MMT (Modern Monetary Theory) dimana semua kegiatan ekonomi akan berbasis economic Algoritma Technologi melalui chip yang ditanan dalam tubuh manusia menuju “Mata Uang Tunggal” atau kita sebut New World Order.
Hanya dengan modal dengkul saja, dunia akan diseret menuju era baru yaitu New World Order alias “Mata Uang Tunggal”, disinilah peran 3 elit Yahudi bersatu dengan generasi-genarasi barunya (Bill gates cs) untuk menuju era baru seperti era Keynisian yaitu era Modern Monetary Theory.
Dimana Amerika dengan penguasaan jaringan keuangan (Rothschild, dkk) bersatu dengan jaringan Informasi & Teknologi (Bill Gates, dkk), sehingga negara-negara akan powerless. Elit Yahudi global akan menjadi “shadow power” sebagai pengendali dunia dengan bisnis Teknologi Algoritma.
Biological Warfare adalah solusi paling mujarab bagi Amerika untuk tetap menguasai ekonomi dunia. Karena “Mata Uang Tunggal” atau New World Order adalah tujuan utama elit global Yahudi berikutnya. Siapa sosok yang paling pas untuk menjadi operator demi mewujudkan impian tersebut? Apakah Donald Trump?
Disini peran Donald Trump ditentukan. Trump dianggap sebagai figure yang pas untuk mewujudkan obsesinya yaitu menjadikan elit Yahudi Global sebagai pengendali utama perekonomian dunia ketimbang Hillary Clinton. Cina, Rusia serta Uni Eropa (dipimpin oleh Jerman) dianggap penghalang utama menuju New World Order berbasis Teknologi Algoritma.
Seperti diketahui bahwa keserakahan para Elite Global Yahudi dengan Amerika sebagai vechile utamanya dengan PBB dan badan otonomnya sudah menjadikan USD 65% sebagai mata uang dunia. Sayang, krisis 2008 (subprime Mortgage) membuat Cina Berjaya di tingkat global sampai mengancam Amerika, dan Biological Warfare adalah solusi yang tepat dan Donald Trump dianggap operator yang pas demi mewujudkan New World Order. (bersambung).
(Catur Prasetya)