SURABAYAONLINE.CO –Perpres 63 tahun 2019, sangat menarik. Pada dasarnya, saya setuju dengan penggunaan Bahasa Indonesia wajib baik dalam forum nasional maupun global. Sebagai bangsa, kita bangga karena kita memiliki nasional Bahasa Indonesia. Bahasa berasal dari Bahasa leluhur: Bukan impor. Juga bukan Bahasa pinjaman.
Namun, banyak tantangannya. Almarhum, Anton Moeliono, Guru Besar (GB) linguistik selalu menghimbau kita mencintai Bahasa Indonesia. Sewaktu saya sebagai mahasiswanya di Unika Atmajaya Jakarta pada 1990-an, dia mengajar matakuliah Sosiolinguistik. Dalam kuliahnya, ada Bab khusus tentang Language Planning (Perencanaan Bahasa).
Perencanaan Bahasa (PB) adalah kegiatan yang berupaya membawa perubahan dalam struktur, dan fungsi dan/ atau varietas bahasa. Ini untuk membuat kebijakan dan ilmpementasinya tentang bahasa dalam komunitas baik di tingkat nasional maupun internasional (N.H. Hornberger & D. Corson, 1997). Intinya, itu program pengembangan Bahasa, misalnya Bahasa Indonesia.
Prof. Anton Moeliono, saat itu paling getol. Jakarta pun diubah. Misalnya, ada gedung Mulia Tower di Jalan Jenderal Soedirman, Jakarta. Waktu itu, harus diganti menajdi Menara Mulia. Grand Plaza diganti menajdi Plasa Besar. Dan, masih banyak saya sudah lupa.
Salah satu Interpreter Presiden Soeharto, Prof. Asim Gunarwan, juga dosen saya di Atmajaya. Kita tahu, bahwa zaman Presiden Soeharto, ada beberapa ahli interpreter. Mereka selalu mendampingi Pak Harto lawatan ke mana saja. Ketika diskusi dan bertatapmuka dengan para pemimpin dunia, merekalah yang mengalihbahasakan ke dalam Bahasa Inggris. Ketokohan seorang pemimpin memungkinkan membawa Bahasa Indonesia ke forum internasional. Itu salah satu PB.
Ada banyak istilah Bahasa dalam sosiolinguistik. Ada Code switching, language shift, ada language lost, ada pula language death. Code switching terjadi ketika berbahasa satu dan senantiasa diselingi kata-kata atau frasa, bahkan kalimat Bahasa lain. Code switching terjadi ketika kita berbicara dan menemui kesulitan mencari kata dalam Bahasa Indonesianya. Kemudian, terucap kata atau istilah asing. Misalnya, dulu sebelum ada kata terbuka kita selalu mengucapkan kata Go public. Sebelum ada kata telepon seluler, kita ngomong Hand Phone atau Cellular Phone .
Language shift, adalah menggunakan Bahasa satu ke Bahasa lain. Ini karena bisa saja terjadi ketika beradaptasi. Misalnya, ketika kita berbicara Bahasa daerah (Jawa), kemudian berbahasa Indonesia karena pergantian situasi informal ke formal di kantor.
Language lost adalah kondisi di mana Bahasa itu sudah tidak dipakai di tempat asalnya. Namun, Bahasa itu masih bisa ditemukan di tempat lain. Misalnya saja, jika umpama di tanah Jawa sudah tidak ada orang yang berbahasa Jawa, kita masih bisa menemukannya di Negara Suriname. Negara yang berbahasa Jawa, yang dibawa orang Jawa yang eksodus ke sana.
Language death adalah kondisi suatu Bahasa yang sudah tidak ada yang memakainya sama sekali. Ini akan terjadi jika para penutur aslinya sudah punah. Biasanya, para pakar linguistik memberi contoh Bahasa Indian. Bahasa ini sudah punah karena bangsa Indian sudah punah.
Nah, dari jenis-jenis Bahasa tersebut, yang paling berbahaya adalah language lost dan paling parah language death. Dari situlah, menagpa Prof. Anton Moeliono dulu sering mewanti-wanti untuk menjaga Bahasa Indonesia. Kita harus jaga jangan sampai terjadi proses Bahasa, yaitu language lost dan language death.
Namun, untuk menggantikan Bahasa internasional, misalnya Bahasa Inggris, maka Bahasa Indoneisa kita akan menemui kesulitan. Dalam tataran dunia global, Bahasa Indonesia sangat kecil untuk bisa mengalahkan Bahasa Inggris. Mengapa?
Jepang lah yang pertama terkenal fanatik Bahasa nasionalnya. Jepang pernah melarang bangsanya belajar Bahasa asing. Mereka harus menggunakan Bahasa Jepang di mana pun. Mengapa berani? Kekuatan teknologi dan industrinya saat itu. Zaman itu, Jepang bersaing dengan Amerika. Mereka menamakan produk apa saja dalam Bahasa jepang: Kodak, Honda, Suzuki, Mitsubishi, dan lain lain. Mereka menguasai. Namun, akhir-akhir ini, mereka sadar, bahwa zaman semakin sulit. Dari situlah, akhirnya, Jepang sekarang membolehkan warganya belajar Bahasa asing, termasuk Bahasa Inggris.
Setiap diskusi tentang Sosiolinguistik, para pakar selalu sadar, bahwa, kelemahanya menggobalkan Bahasa Indonesia ke penjuru dunia, misalnya tidak kuat. Kecuali, Bangsa kita sudah bangkit mapan dunia industri, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Dan inilah kita kesulitan melarang berbahasa asing: Inggris.
Untuk menggelorakan Bahasa Indonesia ke seluruh negeri penting. Namun, jika ke penuru dunia, dibutuhkan para tokoh karismatik, dominasi kemajuan teknologi, dan ilmu pengetahuan. Jika tidak, bisanya hanya sebatas menggunakan Bahasa Indonesia wajib di tanah air sendiri.
Add A Comment