SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Meningkatnya ancaman siklon tropis di Samudera Hindia, akhir-akhir ini, menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Amien Widodo, pakar mitigasi kebencanaan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menegaskan bahwa momentum ini harus menjadi titik balik penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana hidrometeorologis.
Peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah disampaikan jauh sebelum terjadinya Siklon Seniyar yang memicu hujan dengan intensitas ekstrem dan menyebabkan bencana banjir-bandang serta longsor besar di Sumatra.
Diungkapkan Amien, curah hujan ekstrem yang dibawa Siklon Seniyar berinteraksi dengan kondisi topografi bergunung-gunung serta kerusakan hutan yang telah berlangsung puluhan tahun. “Akibatnya, tanah menjadi tidak stabil dan banjir bandang membawa lumpur, batu, serta kayu gelondongan dengan daya rusak yang sangat besar,” jelas dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini.
Pada Rapat Dengar Pendapat DPR bersama BMKG tanggal 2 Desember 2025 lalu, disampaikan pula kemunculan bibit siklon tropis baru di selatan Pulau Jawa yang berpotensi memengaruhi wilayah Jawa–Bali–NTT hingga Timika, Papua. Menurut Amien, peringatan ini harus segera direspon dengan langkah mitigasi nyata mengingat tragedi Sumatra menjadi bukti bahwa keterlambatan persiapan dapat berakibat fatal.
Dikatakan Amien, pengurangan risiko bencana tidak dapat hanya bertumpu pada pemerintah atau lembaga penolong. Pemberdayaan masyarakat menjadi faktor penentu keselamatan. Ia merujuk hasil survei korban Gempa Kobe, Jepang (1995), yang menunjukkan bahwa 35 persen penyelamatan dilakukan oleh diri sendiri, 32 persen oleh keluarga, dan 28 persen oleh tetangga.
Sementara bantuan dari pihak luar hanya 5 persen. Artinya, 67 persen keselamatan bergantung pada kemampuan diri sendiri dan keluarga. “Semua anggota keluarga termasuk lansia, balita, dan penyandang disabilitas harus memahami ancaman yang ada di sekitar mereka,” tegasnya mengingatkan.
Amien menambahkan bahwa ketika terjadi bencana besar, tak jarang ada desa yang akhirnya terisolasi. “Apabila masyarakat telah diberdayakan dan dibekali pengetahuan serta persediaan yang benar, mereka akan tetap dapat bertahan hidup tanpa harus menunggu bantuan eksternal,” ujar Amien.
Ia menekankan perlunya sinergi antara pemerintah, komunitas lokal, dan sektor swasta. Dukungan komunitas terpadu akan memperkuat ketangguhan masyarakat dalam menghadapi ancaman siklon tropis dan bencana hidrometeorologis lainnya. Ketangguhan bukanlah sesuatu yang instan. Ini harus dibangun melalui edukasi, latihan, dan kolaborasi.(*)


