SURABAYAONLINE.CO – Di balik tenangnya aliran Sungai Brantas, tersimpan denyut energi yang tak pernah padam. Di sanalah berdiri megah PLTA Sutami, atau yang lebih dikenal dengan PLTA Karangkates, salah satu pembangkit listrik tenaga air terbesar di Jawa Timur. Selama lebih dari lima dekade, pembangkit ini menjadi penjaga kestabilan sistem kelistrikan Jawa-Bali, sekaligus simbol kekuatan energi terbarukan di Tanah Air.
Terletak di Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, PLTA Sutami memanfaatkan potensi besar Sungai Brantas, sungai terpanjang di Jawa Timur yang mengalir dari Batu hingga Surabaya.
Tulang Punggung Energi Bersih dari Sungai Brantas
PLTA Sutami memiliki tiga unit turbin tipe Francis, masing-masing berkapasitas 35 MW, dengan total kapasitas terpasang mencapai 105 MW. Energi listrik yang dihasilkan dialirkan ke sistem interkoneksi Jawa-Bali, dikelola oleh PT PLN (Persero) Unit Pembangkitan Brantas (UP Brantas).
Tak hanya Sutami, di sepanjang Sungai Brantas juga berdiri sederet pembangkit lain seperti PLTA Sengguruh, PLTA Wlingi, dan PLTA Lodoyo. Keempatnya menjadi tulang punggung energi hijau di Jawa Timur, menjadikan Sungai Brantas sebagai salah satu koridor energi terbarukan terbesar di Indonesia.
“Air Brantas bukan hanya sumber kehidupan bagi pertanian dan masyarakat, tapi juga menjadi nadi energi bagi Jawa Timur,” ujar Arfan, Senior Manager UP Brantas PLN Nusantara Power, Rabu (1/10/2025).
Andalan Sistem Listrik Jawa-Bali: Si ‘Black Start’ dari Malang
PLTA Sutami memiliki peran strategis yang jarang diketahui publik. Selain menghasilkan listrik bersih, pembangkit ini berfungsi sebagai unit black start atau lane charging yaitu pembangkit pertama yang dihidupkan saat terjadi blackout sistem Jawa-Bali.
“Pembangkit besar seperti Paiton, Gresik, Pacitan, Rembang, hingga Indramayu sangat bergantung pada PLTA Sutami untuk memulai kembali pasokan listrik saat terjadi gangguan besar. Dari bendungan Sutami, daya bisa dikirim hingga ke PLTU Paiton,” jelas Arfan.
Dengan fungsi vital tersebut, PLTA Sutami menjadi titik nol pemulihan listrik Jawa-Bali, memastikan jutaan pelanggan tetap mendapat pasokan listrik yang andal.
Tidak berhenti pada tenaga air, PLN terus berinovasi di kawasan ini. Salah satu proyek besar yang kini disiapkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Waduk Sutami, berkapasitas sekitar 100 MWp.
Proyek ini akan memanfaatkan 10–20% luas permukaan waduk, menjadikannya salah satu PLTS terapung terbesar di Indonesia Timur. Ditargetkan beroperasi pada 2027, PLTS tersebut akan menjadi simbol transformasi menuju energi bersih dan rendah karbon.
“Dengan kombinasi PLTA dan PLTS, Waduk Sutami akan menjadi ikon energi terbarukan di Jawa Timur. Air dan matahari berpadu menjaga pasokan listrik yang andal sekaligus ramah lingkungan,” tambah Arfan.
Menjaga Keandalan Transmisi, Tantangan di Tengah Langit Terbuka
Selain urusan teknis pembangkitan, keandalan transmisi listrik di kawasan Malang dan sekitarnya juga menjadi perhatian utama PLN.
General Manager PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (UIT JBM), Ika Sudarmaja, menjelaskan bahwa gangguan terbesar justru sering datang dari faktor sosial, seperti layang-layang dan balon udara yang tersangkut di jaringan transmisi tegangan tinggi.
“Sosialisasi kepada masyarakat terus kami lakukan. PLTA Sutami adalah andalan utama black start untuk sistem Jawa-Bali, jadi menjaga keandalan transmisi di sekitar Malang sangat krusial,” tegas Ika.
PLTA Sutami bukan sekadar pembangkit, melainkan simbol harmoni antara manusia, teknologi, dan alam. Selama puluhan tahun, bendungan ini menjadi saksi kolaborasi antara energi dan lingkungan — menjaga pasokan listrik, mengatur irigasi pertanian, hingga menjadi destinasi wisata edukatif di Malang Selatan.
Dengan hadirnya proyek PLTS terapung, kawasan ini kian kokoh sebagai poros energi hijau Jawa Timur, menjembatani masa depan Indonesia yang lebih bersih dan berkelanjutan.
“Dari aliran Sungai Brantas, cahaya energi hijau mengalir untuk seluruh Jawa Timur. Inilah wujud nyata energi untuk negeri,” pungkas Ika.


