SURABAYAONLINE.CO, Jakarta – Membangun ekosistem e-commerce perlu kolaborasi. Setidaknya butuh penguatan empat pilar. Keempat pilar tersebut adalah UMKM yang terbuka terhadap perubahan, inovatif, dan punya kemauan berkembang.
Selanjutnya adalah lokapasar (marketplace) bersinergi dengan UMKM melalui serangkaian pelatihan oleh penyedia layanan lokapasar untuk UMKM. Ketiga, ritel modern yang berperan untuk memberikan akses kemitraan agar jangkauan UMKM semakin luas. Pilar terakhir adalah pembiayaan atau perbankan diharap memberikan akses pembiayaan kepada UMKM.
Empat pilar tersebut diungkapkan Kepala Badan Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Kasan. Menurutnya, UMKM harus terbuka terhadap perubahan, inovatif, dan punya kemauan berkembang.
“Sedangkan ritel-ritel modern memasok produk-produk UMKM lokal khas dari suatu daerah,” ungkap Kasan, Kamis (26/1).
Kemendag saat ini telah melakukan program fasilitator edukasi e-commerce kepada sekelompok orang di daerah untuk memahami aspeknya. Sehingga ke depannya diharapkan pelaku UMKM sekitarnya dapat menjadi pedagang di sektor e-commerce.
“Saat ini Kemendag telah menghasilkan 690 tenaga fasilitator yang telah melakukan pendampingan kepada 1682 UMKM untuk berjualan online,” tambahnya.
Bank Indonesia mencatat transaksi e-commerce Indonesia pada tahun 2022 mencapai Rp 489 triliun, meningkat 21,9 persen dari nilai transaksi e-commerce tahun 2021.
Data idEA mencatat sektor e-commerce juga mampu mendorong lapangan kerja. Pada gelaran tertentu seperti Hari Belanja Online Nasional tahun 2022, tercatat pertumbuhan pedagang (online seller) yang berdagang melalui platform digital sebesar 6 persen. Sedangkan pertumbuhan penjualan secara online meningkat sebesar 26 persen dibandingkan tahun 2021.(rid)