SURABAYAONLINE.CO, Mojokerto – Banyak orang yang tidak tahu bahwa Pasar Kramat dulunya adalah tempat pembuangan sampah. Di tempat ini menjadi jujukan warga untuk membuang sampah. Namun kini berubah total.
Pasar Kramat yang berada di Dusun Wonokerto, Desa Warugunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, kini disulap menjadi tempat wisata kuliner alami.
Berkat inisiatif dari komunitas warga Wonokerto, mereka mengubahnya menjadi pasar jajanan tradisional. Akhirnya, kemudian menjadi tempat wisata kuliner alami.
Para pedagang, terutama dari kalangan UMKM, sangat senang diwadahi di pasar yang menjual jajanan tempo dulu ini. Pasar Kramat kini telah menjadi daya magnet tersendiri bagi masyarakat Mojokerto maupun dari luar daerah ini.
Pasar Kramat hanya buka dua kali setiap bulan ini. Di pasar ini menyajikan jajanan tempo dulu. Seperti horok-horok, blendung, tiwul, gatot, lupis, serabi, dan dawet. UMKM pun senang bisa diwadahi berjualan di tempat ini.
Kepala Dusun Wonokerto Muhammad Sahrul Fatah mengatakan, konsep ekonomi kerakyatan dan alami dipakai dalam mendirikan Pasar Kramat ini.
Dengan demikian, bisa memberdayakan dengan melibatkan langsung seluruh warga Wonokerto. Baik yang punya UMKM maupun pedagang kecil. Hal ini dalam rangka meningkatkan perekonomian warga setempat. “Semua penjualnya warga Dusun Wonokerto,” ungkapnya.
Menurutnya, sejak awal pengunjung masuk diberikan penjelasan mengenai transaksi di dalam pasar. Pertama pengunjung harus menukar uang dengan koin yang terbuat dari potongan kayu melingkar kecil sebesar uang logam. Harga satu koinnya dibanderol Rp 2 ribu.
Wakil Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra mengapresiasi keberadaan Pasar Kramat yang tetap melestarikan jajanan tempo dulu. Gus Barra, sapaan akrabnya, memberi apresiasi kepada warga Dusun Wonokerto.
“Senang sekali dapat berbaur dengan warga yang berkunjung di Pasar Kramat ini. Pasar Kramat ini sangat menarik dengan konsep alami dan asri. Semua jajanan yang disajikan dengan bahan alami semua. Tanpa bahan pengawet. Serta para penjualnya berpakaian model zaman dulu,” katanya, saat berkunjung di pasar ini, Senin (23/1).
Dia berharap model seperti ibi bisa ditiru oleh warga desa lainnya. Kedatangan Gus Barra mendapat sambutan dari ribuan warga pengunjung Pasar Kramat. Banyak dari mereka yang mengajak ngobrol serta foto bersama di depan stan jajanan tempo dulu.(rid)