SURABAYAONLINE.CO – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Matthew Downing meresmikan Laboratorium Anti Microbacterial Resistance (AMR) di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya, Selasa (11/10). Fasilitas ini akan menjadi penguat layanan kesehatan di Jawa Timur yang berseiring dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yakni reformasi sistem kesehatan nasional.
“Pada posisi inilah Laboratorium AMR semakin menguatkan kualitas layanan kesehatan baik di Jawa Timur dan Nasional. Baik dari sisi alat dan peningkatan kapasistas SDM kesehatannya,” ungkap Gubernur Khofifah.
Sebagaimana diketahui Laboratorium AMR ini merupakan hasil kerjasama antara Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Inggris bersama Kementerian Kesehatan RI dalam pengendalian Anti Microbacterial Resistance (AMR) di Indonesia.
Melalui hibah dari The Fleming Fund, pendirian laboratorium ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan negara dalam mengidentifikasi dan mendiagnosis infeksi resisten obat dengan titik berat pada infeksi bakteri. Serta untuk memperbaiki data surveilans agar dapat digunakan untuk menentukan kebijakan tingkat nasional dan internasional.
Lebih lanjut, pengendalian Anti Microbacterial Resistance (AMR) atau resistensi antibiotik akibat mikroba dinilai penting pada saat ini karena terbukti menjadi pandemi senyap yang berbahaya.
Bahkan data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa setiap tahunnya sebanyak 1,27 juta orang meninggal dunia karena infeksi akibat resisten terhadap obat antibiotik. Di tahun 2050, resistensi antimikroba diprediksi akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia.
Diprediksi bahwa di masa depan bahwa resistensi antimikroba menyumbang tingkat kematian yang akan mencapai 10.000.000 jiwa per tahun. Dan akan menyumbang kematian tertinggi terjadi di kawasan Asia.
Guna mencegah prediksi itu menjadi nyata, maka dibutuhkan Laboratorium AMR yang bisa melakukan deteksi dan upaya pencegahan meluasnya resistensi antimikroba.
“Dengan adanya Laboratorium AMR ini di Jatim, maka menjadi bagian dari update langkah antisipatif yang sangat strategis. Maka kami sangat berterima kasih pada Fleming Fund dan Wakil Duta Besar Inggris Matthew Downing,” ucapnya.
Khofifah pun optimis, bahwa kehadiran Laboratorium AMR ini akan memberikan manfaat besar bagi peningkatan derajat kualitas layanan kesehatan masyarakat. “Insyaallah ini akan memberikan manfaat besar bagi peningkatan kualitas derajat kesehatan masyarakat dan langkah antisipasi dari kemungkinan bakteri dan virus,” tandasnya optimis.
Sementara itu, Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Matthew Downing mengungkapkan bahwa Laboratorium Rujukan AMR di Indonesia hanya ada dua dan salah satunya ada di Surabaya.
Menurut Matthew, AMR adalah ancaman bagi kesehatan dunia. Karena menurutnya jika covid-19 adalah tsunami, maka AMR diibaratkan layaknya naiknya permukaan air laut. Tanpa batas dan bisa menenggelamkan kota.
Dikatakan Matthew, Fleming Fund Country Grant dari pemerintah Inggris untuk Indonesia telah mendukung Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya dengan investasi mencapai total IDR 6,2 miliar untuk renovasi, instrumen canggih dan penguatan kapasitas laboratorium termasuk pelatihan penting.
Dikatakannya, AMR adalah pandemi yang sunyi. Sehingga kapasitas sistem pengambilan sampel dan laboratorium untuk menghasilkan data dengan cepat dan dengan standar tinggi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa.
“Pengawasan nasional, dengan koordinasi One Health di seluruh sistem, sangat penting untuk menginformasikan pemberian dan kebijakan perawatan kesehatan. Inggris bangga dapat berkolaborasi dengan Indonesia saat kita semua mengatasi ancaman mematikan ini,” ujar Matt.
Selain menunjang alat kesehatan dan kualitas laboratorium, Pemerintah Inggris juga meningkatkan kualitas SDM yang ada di BBLK. Dengan tujuan untuk menunjang kemampuan tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas sebagai laboratorium rujukan dan surveilans.
Di siai lain, ia menambahkan, BBLK Surabaya sebagai lab rujukan nasional pengendalian resistensi antimikroba (AMR) ini mampu mengetahui jenis kuman dalam waktu hanya 15 menit, sehingga memudahkan dokter dalam memberikan terapi kepada pasien secara cepat dan akurat. Hal itu didukung dengan peralatan canggih yang dibantu Fleming Fund yaitu BioMerieux VITEK MS atau yang juga dikenal sebagai MALDI-TOF.
“Alat ini lebih cepat mendeteksi kuman dan mikoba dengan hanya 15 menit. Jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode lain yang membutuhkan waktu 4 jam,” pungkasnya.