SURABAYAONLINE.CO, Sumenep – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menggelar rapat Koordinasi Nasional pengendalian inflasi pada Kamis (18/7). Dalam rapat tersebut, Presiden mendorong segenap jajarannya di pusat dan di daerah untuk tidak hanya sekadar bekerja rutin dan standar saja, tetapi harus bekerja secara detail.
Menanggapi jal itu, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Sumenep, Madura, memonitoring sejumlah pasar tradisional di Sumenep, Kamis (15/9).
Kepala Bagian Perekonomian Setda Sumenep Ernawan Utomo, Jumat (16/9) menjelaskan, monitoring dalam rengka pemantauan harga, ketersediaan, produksi, dan distribusi kebutuhan bahan pokok pasca ditetapkan harga BBM.
“Tujuan monitoring ini, sebenarnya kita ingin melihat bagaimana implikasi pelaksanaan langsung di lapangan terhadap HET bahan pokok yang sudah ditetapkan pasca harga BBM naik,”terangnya, Jumat (16/9).
Hasilnya, kata Ernawan, terdapat beberapa pedagang yang menjual harga bahan pokok diatas dari harga biasanya. Seperti daging, bawang, minyak goreng dan lainnya.
Namun, lanjutnya, kenaikan harga bahan pokok akibat penyesuaian Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak terlalu segnifikan. Bahkan setiap pedagang menjual dengan harga yang berbeda. Misalnya harga daging ayam bertelur ada yang Rp26-30 ribu perkilogram.
“Itu disampaikan langsung oleh pedagang. Dampaknya pasti ada akibat BBM,” terangnya, Jumat (16/9).
Ernawan menduga, harga tertinggi itu disebabkan oleh pengiriman dari distributor. Dan pihaknya tidak menyalahkan hal itu karena hampir mirip dengan kenaikan harga BBM.
“Kecuali harga bawang merah yang hargany sudah diatur pemerintah. Sejak Agustus 2022 harganya mencapai Rp33 ribu. Berbeda dengan bupan sebelumnya yang mencapai Rp60 ribu,” jelasnya
Pihaknya mengimbau pedagang ketika hendak membeli bahan pokok dan akan dijual lagi ke konsumen sebaiknya langsung kepada pemilik asli. “Kalau membeli ke pemilik asli kan harganya bisa lebih murah,” katanya. (Upek)