SURABAYAONLINE.CO, Sumenep -Prostitusi online di Kabupaten Sumenep, kian marak. Hal itu terbukti ketika seorang yang berperan sebagai mucikari bernama Eka Ayu Anisah, warga Desa Marengan daya, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep berhasil diaman oleh kepolisian setempat.
Penangkapan mucikari ini bermula dari laporan masyarakat setempat. Dimana, salah satu rumah kos-kosan yang berada di Desa Gunggung sering dijadikan tempat mesum. Saat dilakukan pemeriksaan terhadap kedua pasangan tersebut, keduanya mengakui jika melakukan transaksi via WhatsApp melalui sang muncikari.
“Saat tiba di lokasi, benar saja petugas menemukan pasangan bukan suami istri indehoy di kamar kos itu,” katanya Kapolres Sumenep AKBP Dharaman. Rabu (20/1/21).
Kemudian, para petugas memburu tersangka. Alhasil, tersangka ditemukan di sebuah warung yang berada di sekitar rumah kos tersebut sedang melakukan transaksi. Didalam menjajakan para Pekerja Seks Komersial (PSK), berdasarkan pengakuannya kepada pihak kepolisian, Eka Ayu mematok harga kepada calon pelanggan sebesar Rp 500 ribu. Atas jasa tersebut, ia mendapatkan bagian sebesar Rp 200 ribu.
Situasi ini direspon oleh Ketua Korps Putri PMII (KORPRI), komisariat Universitas Wiraraja Sumenep Wirdah Fakhirah mengatakan, prostitusi online ini harus ditanggapi secara serius oleh pemerintah dan aparat penegak hukum dengan melakukan upaya-upaya pencegahan berupa edukasi tentang bahaya seks bebas. Tidak hanya sekedar melakukan penindakan hukum terhadap mucikari dan PSK yang bersangkutan
“Sebagai bentuk pencegahan lainnya perlu diberikan edukasi dalam rangka memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang bahaya seks bebas,” terangnya. Rabu 20/01/2021
Di samping itu juga, perlu dibarengi dengan penindakan hukum yang tegas terhadap pelaku-pelaku prostitusi online, agar dapat memberikan efek jera. Sehingga maraknya prostitusi online di kabupaten setempat dapat ditekan.
“Agar dapat mengurangi angka prostitusi.” Katanya
Sementara itu, aktivis perempuan lainnya Arisya Dina Nurmala Putri menilai fonemena sosial berupa banyaknya perempuan yang jatuh kedalam kubangan sebagai PSK tidak terlepas dari dampak masih eksisnya kultur feodal patriarki, dimana perempuan tersubordinasi didalam ruang-ruang sosial utamanya dalam lapangan ekonomi
Akibatnya, perempuan tidak mampu mandiri secara ekonomi, sehingga kemudian, perempuan tidak bisa memenuhi kebutuhan materil nya dan terus bergantung kepada laki-laki. Akhirnya tidak sedikit dengan segala keterbatasan nya perempuan memilih jalan pintas menjadi PSK
“Maraknya PSK ini juga tidak terlepas, dari ketergantungan secara ekonomi perempuan selama ini terhadap laki-laki,” terangnya
Karena pada faktanya kata dia, mayoritas PSK beralasan memilih jalan itu dikarenakan kesulitan ekonomi. Maka menurut Dinda problem maraknya PSK ini cukup kompleks, sehingga dibutuhkan kerjasama semua pihak utamanya didalam menyatukan persepsi tentang kesetaraan (Feminisme), ketersedian lapangan pekerjaan. Karena sejatinya tidak ada satupun perempuan memiliki keinginan untuk mengeksploitasi tubuhnya sendiri.
“Tidak ada satupun perempuan di muka bumi ini ingin menjadi PSK, kalau mereka puyak pilihan lain dan berdaya pastilah tidak akan menjadi PSK,” tegas aktivis perempuan yang juga Ketua Rayon Ir Soekarno PMII Wiraraja ini. (Thofu)