SURABAYAONLINE.CO- Seorang gadis 12 tahun di Probolinggo hidup lagi dari kematian. Sempat 1 jam hidup, gadis tersebut kembali meninggal.
Gadis itu adalah Siti Masfufah Wardah. Siti dinyatakan meninggal pada Senin (17/8) pukul 06.00 WIB di RSUD dr Mochammad Saleh Kota Probolinggo. Anak pasangan Ngasiyo (40) dan Mufidah (30) itu meninggal dengan diagnosa diabetes dan komplikasi.
Sesampai di rumah duka, Siti kemudian dimandikan sekitar pukul 07.00 WIB. Namun hal tak terduga terjadi saat proses pemandian tersebut.
Ngasiyo segera menghubungi tim medis dari Puskesmas Lumbang. Tim medis segera melakukan tindakan dengan memberikan oksigen untuk membantu pernapasan. Namun kurang lebih 1 jam dalam perawatan, Siti kembali dinyatakan meninggal.
“Namun kurang lebih 1 jam, anak saya kembali ke pangkuan Allah SWT,” ratap Ngasiyo seperti dikutip detikcom.
Jenazah Siti akhirnya dimandikan kembali dan dimakamkan di TPU Desa Lambangkuning. Kapolsek Lumbang AKP Muhammad Dugel membenarkan peristiwa tersebut. Dirinya juga sudah mendatangi lokasi.
“Benar tadi sekitar pukul 07.00 WIB ada peristiwa gadis meninggal hidup kembali, setelah sebelumnya sempat dirawat di RSUD Dr Mochamad Saleh. Namun saat dimandikan jasadnya kembali hidup. Sekitar 1 jam hidup lalu meninggal kembali,” kata Dugel.
Fenomena Lazarus
Fenomena lazarus atau sindrom lazarus didefinisikan sebagai kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) beberapa saat setelah resusitasi berhenti. Dengan kata lain, pasien yang telah dinyatakan meninggal setelah serangan jantung, jantungnya kembali beraktivitas secara mendadak. Demikian dikutip dari medicalnewstoday.com
Sebuah laporan pada 2007 oleh Vedamurthy Adhiyaman dan rekannya, dalam 82 persen kasus sindrom lazarus, ROSC terjadi setelah 10 menit resusitasi dihentikan. Sementara itu, 45 persen pasien yang mengalami fenomena ini memiliki pemulihan neurologis yang baik.
Menurut laporan nefrolog dr Vaibhav Sahni pada tahun 2016, fenomena ini sering tidak dilaporkan. Sehingga kemungkinan angka kasusnya bisa jadi jauh lebih banyak. Alasan fenomena lazarus yang tidak dilaporkan bisa jadi karena profesionalisme dokter dalam melakukan resusitasi menjadi dipertanyakan. Selain itu bisa jadi mengakibatkan hal yang buruk di antara sesama petugas medis.
“Pertanyaan lain yang mungkin timbul adalah apakah kematian pasien terjadi sebagai akibat penghentian upaya resusitasi dini atau penghilangan resusitasi lanjutan,” ucap dr Sahni.
Atas fenomena ini ada berbagai hipotesis yang diajukan. Pertama, beberapa peneliti menduga terjadi penumpukan tekanan di dada akibat resusitasi. Setelah resusitasi dihentikan, tekanan tersebut secara bertahap dilepaskan sehingga jantung kembali bekerja.
Kedua, pengaruh obat seperti adrenalin. Ketika obat disuntikkan melalui pembuluh darah perifer terkendala oleh masalah di aliran balik vena, maka saat aliran balik vena membaik setelah dynamic hyperinflation berhenti, obat yang disuntikkan bisa mengembalikan sirkulasi.
Ketiga, hiperkalemia. Ini merupakan kondisi, di mana kadar kalium dalam aliran darah sangat tinggi. Kondisi ini sering kali dihubungkan dengan ROSC yang tertunda.
Penyebab lain yang menyebabkan orang yang sudah dinyatakan meninggal bisa hidup kembali adalah hipotermia. Hipotermia merupakan kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dalam kondisi ini, ketika tubuh dipapar dingin dalam waktu lama, maka detak jantungnya menjadi sangat lambat dan seringkali sulit dideteksi. Karena itualah seringkali mereka dianggap sudah meninggal, padahal sebenarnya belum. Dalam hal ini para dokter di Probolinggo yang bisa menjelaskannya.(*)


