SURABAYAONLINE.CO, GRESIK – PT Gresik Jasa Tama (GJT), salah satu Badan Usaha Pelabuhan (BUP), kini tinggal menghitung hari untuk gulung tikar menyusul tidak beroperasinya pelabuhan khusus bongkar batu bara tersebut sejak 18 November 2019 lalu.
Direktur Utama PT GJT Rudy Djaja Siaputra, mengatakan pasca demo warga Desa Kemuteran, gabungan dengan warga Kroman Lumpur dan Kebungson, Kecamatan Gresik membuat aktivitas bongkar muat berhenti total.
“Kapal tongkang yang sebelumnya sandar melakukan pembongkaran batu bara tak berani sandar. Sejak itu, aktivitas bongkar muat batu bara di GTJ berhenti total, ” ujar Rudy Djaja Siaputra kepada wartawan, Senin (9/12).
Akibatnya, ujar Rudy yang didampingi Direktur Keuangan dan Operasional PT GJT Edy Hidayat menegaskan GJT boleh dibilang sudah bangkrut tinggal menunggu harinya saja.
Sebab selama sebulan tidak beroperasi, GJT rugi Rp 8 miliar. manajemen juga telah mem PHK 27 tenaga harian lepas, serta merumahkan 93 karyawan.
“Kalau hal ini dibiarkan, maka kami terpaksa kembali merumahkan 120 karyawan lainnya. Kami berharap pemerintah membantu memcarikan solusinya,” harapnya.
Direktur Keuangan dan Operasional PT GJT Edy Hidayat pihaknya akan menemui DPRD Gresik agar berharap dewan bisa memberikan solusi terbaik.
Selama ini, tambah Edy, pihaknya sudah mengikuti semua aturan yang ada. Mulai memasang jaring, menghentikan operasional saat angin menuju ke pemukiman. Selain itu, GJT juga rutin membagikan CSR hingga membentuk forum warga yang tinggal di sekitar GJT.
“Kami juga sudah meminta kepada pusat untuk melakukan relokasi. Tapi dari Dirjen Perhubungan menolak hal tersebut,” pungkasnya.(san)