SURABAYAONLINE.CO-Ketika gerak dan rasa yang diiringi musik menyatu menjadi sebuah tarian yang mencerminkan suatu kehidupan menjadi bentuk pertunjukan dalam ajang Festival Tari Tradisiona Pelajar (FTTP) 2019 yang diselenggarakan oleh Universitas Surabaya (Unesa) Jurusan Sendratasik-Kelompok Kegiatan Mahasiswa Tari dengan tema ”Spirit Tradisi Dalam Bingkai Modernisasi”.
Festival tari tradisional tingkat pelajar tingkat SMP dan SMA se-Jawa Timur ini, dilaksanakan selama 2 hari mulai dari tanggal 5 hingga 6 Oktober 2019 yang diikuti oleh 49 peserta terdiri dari 15 peserta setingkat SMP dan 34 peserta tingkat SMA, berlangsung di Gedung Pertunjukan Sawunggaling Unesa, Jl. Kampus Unesa Lidah Wetan, Surabaya.
“Festival ini sebagai upaya menumbuhkan semangat pelajar dan memfasilitasi pelajar untuk selalu menghargai dan mencintai seni serta terus mengembangkan seni tradisional di era moderenisasi ini”, tutur Delia Ayis Aroma selaku Ketua Pelaksana saat ditemui awak media di gedung Pertunjukan Sawunggaling, Sabtu (05/10).
Menurut mahasiswa semester 5 jurusan Tari ini, meskipun sekarang ada K-pop atau yang lainnya mendominasi dikalangan pelajar, tapi Tradisi dan budaya kita tetap nomor satu, harus tetap mencintai, dan menghargainya.
Kemudian Ayis sapaan akrabnya menjelaskan, kriteria peneilaian untuk juara umum diambil dari komposisi geraknya, kekuatan tekniknya, penampilan, kepenarian, kostum, best sporter, dan juara favorit. Sedangkan untuk kriteria penialian untuk juara 1 hingga juara 3 diambil dari penampilan tim dan kepenariannya saja.
Sementara itu, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Unesa, Dr. Anik Juwariyah, M. Si setelah membuka FTTP 2019 mengatakan, selain sebagai ajang pelestarian budaya, kegiatan ini sebagai upaya untuk mengenalkan jurusan Sendratasik ke sekolah-sekolah terutama di Jawa Timur, kemudian untuk mencari bibit unggul dan diharapkan mereka (peserta-red) setelah ini, bisa masuk kuliah ke jurusan Sendratasik dengan kulitas yang baik.
“Ini salah satu langkah kami untuk mensupport pendidikan seni tari disekolah”, katanya.
Sejauh ini menurut Anik, kami selalu mendukung kegiatan-kegiatan disekolah-sekolah seperti workshop atau pelatihan seni tari. Anik juga memaklumi ketika ada sekolah yang kurang mensupport pendidikan seni tari karena adanya kendala yang dihadapi pihak sekolah, seperti biaya, dan sarana untuk pembelajaran seni tari. Tapi banyak pihak sekolah yang konsisten untuk tetap mendukung kegiatan ini.
Disisi lain Anik menepis anggapan orang jika menggeluti seni tari masa depannya akan suram, karena menurutnya, selama itu dikerjakan dengan baik dan konsisten, dalam bidang apapun akan memberikan manfaat lebih, contohnya seni tari saat ini sudah go internasional.
“Lulusan dari Unesa juga banyak yang sudah go internasional. Dan alhamdulillah tahun ini seni menjadi jurusan unggulan Unesa”, tuturnya.
Anik menambahkan, banyak mahasiswa Sendratasik sudah bisa mengajar meskipun mereka belum lulus kuliah dengan mengisi kegiatan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah, mapun dalam event-event.
Dalam festival tahunan ini, mengambil target pemenang juara 1, 2, dan 3., Kemudian 10 penyaji terbaik non ranking, penari putra terbaik, penari putri terbaik, tata rias dan busana terbaik, penyaji favorit, best suporter, dan juara umum.
Dan dalam ajang itu, Drs. Peni Puspito, M. Hum, Dra. Jajuk Dwi Sasanadjati, M. Hum, dan Rochmat Joko Parakoso, S. Sn selaku dewan juri mengambil keputusan, SMPN 22 Surabaya berhasil meraih predikat juara umum, sedangkan untuk tingkat SMA diraih oleh SMA 1 Tenggarang. (*)