SURABAYAONLINE.CO-Ada hantu di Maspion Square? Tentu tidak. Ini adalah gambaran keramaian acara Meet & Greet yang dilaksanakan di Atrium Maspion Square. Segenap pemain termasuk kru dan penggemar film Ospek memang kemarin membuat meriah mal yang terletak di Jl A Yani itu Jumat (27/10).
Acara yang juga dimeriahkan dengan audisi film Misteri Kembang Mayang ini cukup meriah. Penggemar dan pemain saling menyapa dan menanyakan pada pemain mengenai hal-hal yang tidak terekam kamera saat pemutaran film.
Ospek sendiri menceritakan sosok hantu Lina yang telah meninggal 18 tahun yang lalu kembali menampakan diri meneror Resti dan Kinan peserta Orientasi Pengenalan Kampus (Ospek) bagi mahasiswa baru dikampus mereka. Kemunculan hantu Lina membuat suasana Ospek menjadi heboh dan mencekam. Teror hantu Lina tidak tidak hanya di dalam lingkungan kampus Resti dan Kinan, tapi juga dalam rumah kos yang mereka tempati. Di tempat inilah cerita misteri hantu Lina mulai terkuak dari cerita ibu kos mereka yang merupakan bibi dari hantu Lina.
Itulah sepenggal cerita dalam film berjudul Ospek yang diproduksi RAM Cinema Surabaya yang akan tayang live streaming di www.ramtivi.net, Youtube RAMtivi Channel, facebook : ramtivichannel, twiter : RamtiviOfficial, dan instagram : ramtivi_ig, mulai tanggal 13 Desember 2019 mendatang.
“Film ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu dan buat saya, ini merupakan tantangan baru”, tutur Wulan penulis naskah sekaligus pemeran sosok Tari dalam film Ospek yang ditemui saat meet and great di Atriuam Maspion Square, (27/09).
Wanita yang memiliki nama lengkap Trisetya Wulandari ini menuturkan, film ini merupakan ide sutradara dan produkser dan menjadi film ke tiga kalinya yang di produksi oleh RAM Cinema. Baginya film ini adalah yang ke kedua kalinya sebagai penulis naskah.
“Saya sangat senang diberi kesempatan sebagai penulis naskah, meskipun disana sini masih banyak kekurangan dan saya masih harus belajar banyak”, ungkapnya.
Cerita film ini kata Wulan, diangkat dari kisah nyata yang kemudian saya campur dengan cerita fiksi yang saya buat. Jadi ada dua penggabungan cerita.
Wulan kemudian menceritakan pengalaman saat menulis naskah dan saat syuting filmnya, dirinya melakukan observasi dan pendalaman naskah terlebih dahulu ke beberapa orang saksi yang mengetahui peritistiwa kisah Lina dan observasi lokasi peristiwa.
Wanita Asal Rembang ini juga menuturkan, hanya sedikit keanehan yang ia alami saat proses menulis naskah. Ketika sedang menulis naskah, tiba-tiba alam pikirannya terbawa sangat dalam ke cerita mistis hantu Lina. Kemudian dirinya tersadar karena selembar kertas terjatuh dari atas meja yang ada di depannya.
“Saat syuting juga demikian. Hal-hal aneh juga terjadi, tapi Alhamdulillah akhirnya syuting hari semua berjalan lancar”, tutur Wulan.
Dirinya juga mengakui, banyak kesulitan yang dialaminya saat proses pembuatan naskah filmnya. Dimana, dia harus menulis naskah yang sesuai dengan karakter pemain yang disodorkan oleh sutradara atau produkser, bukannya pemain yang harus menyesuikan sosok karakter yang diperankannya.
Tapi menurutnya, itu adalah sebuah tantangan yang harus diselesaikan demi suksesnya film yang diakhir cerita memuat pesan moral agar kita tidak terlalu takut pada hal-hal mistis, seperti yang dialami Lina sosok manusia yang meninggal karena ketakutannya. (*)


